Kamis, 01 Desember 2011

Amazing Race Go To Samarinda !

          Abangku beserta keluarga kecilnya tiba jam satu siang setelah nyasar hingga km 38 Samboja, abangku ini ternyata sempat juga lho bawa oleh-oleh berupa satu kantong kresek ukuran sedang yang berisikan kepiting hasil tangkapannya sendiri di tambaknya. Ouuhhh.... aassipaa'naaa (enaknyaaa) orang Makassar bilang he he he ... aku juga sudah lama tidak menyantap kepiting yang gemuk begini (hmm apa ada istilah gemuk buat kepiting yaa ? ) pokoknya dagingnya banyak laahh.... : )  Setelah makan siang aku beserta kakak ipar, ponakan dan mama mutar-mutar di daerah samboja km 38, mau cari bank terdekat karena aku harus membayar tiket pulang ku yang time limitnya hingga jam 4 sore kala itu. Wookeeehh... lets goo kids ! ponakanku senang sekali jalan denganku ditambah baru kali ini mereka bertemu dengan auntie nyentrik ala backpacker yang cantik he he he .... auntieeee gak segitunya kaleeee.... setelah atmnya ketemu aku sama rombongan kecil ini mampir dulu beli kelapa muda, itu buat mama katanya jika air kelapa muda ditanbah dengan air perasan jeruk nipis bisa membuat tekanan darah tinggi mama turun,hmmm baiklah mama... nikmati laah : D
         Abangku memang sengaja tidak ikut kebetulan dirumah mama adik iparku yang satu lagi (suami adik bungsuku ) datang berkunjung karena faktor kebetulan juga, kebetulan si adik iparku habis wawancara di perusahaan tambang tak jauh dari rumah mama sehingga ia mampir dan bertemu dengan abangku yang baru pertama kalinya juga mereka saling bertatap muka. Tak lama mutar-mutar di km 38 kami pulang, aku masih berpikir keras apa aku harus ikut dengan mereka ke Samarinda, secaraa aku masih capek berat boooo... bagaimana tidak perempuan petualang ini baru saja membuka petualangan barunya setelah sekian lama tidak bepergian jauh dan bobot badan yang naik khas emak-emak rumahan yang nyaman dengan rutinitas sehari-hari tanpa sering bepergian jauh, wal hasil aku kelelahan....
     " Kalo si Ria (panggilanku dalam keluarga,Ana trade mark ku di luar ) ini tidak mau ikut dengan kita sekarang angkat kopernya itu bawa ke Samarinda !" ancam si abang setengah serius dan bercanda.
    " Whuaa Baaang ! Jangaaan dooong ! Sumpah Bang,aku masih cape banget... " ujarku memelas.
    " Ayoo laah Ummi... (panggilanku dari semua ponakanku) ikut kami lah ke Samarinda, kapan lagi Ummi mau kesana coba ?" bujuk Alya putri sulung abangku dengan tatapan yang oohhh... membuatku luluh. Ok baik, aku memutuskan untuk ikut ke Samarinda, aku merasa ini seperti amazing race,baru saja semalam di rumah mama sudah dibawa ke rumah abang, tapi kalimat Alya masuk akal juga,kapan lagi coba ? he he he ....
         Aku cuma membawa tas seperlunya saja karena disana aku hanya dua malam saja, tapi tak lupa juga kubawa bboy item manis si leptop kesayanganku,maklum rumah mama dapat jatah listrik cuma dari jam enam magrib sampai jam enam pagi,jadi aku tidak bebas menghidupkannya di siang hari. Kakak iparku membawa pulang oleh-oleh nenas batu khas Samboja yang kami beli di tengah jalan menuju rumah mama, aku pikir harganya sangat muraaaahh ukuran besar sepuluh ribu dapat tiga buah, ukuran sedang dapat empat dan yang kecil dapat enam ! Segar,manis dan murah,andai ringan ku bawa terbang hingga ke Sul-Sel.... Mobil yang dirental abangku mulai bergerak dari rumah mama jam lima sore dan yiiiihhaaa.... perjalanan di mulai lagi. Sangat menyenangkan dan menegangkan,agar tak terlalu kemalaman pak sopir melaju kendaraan hingga menunjukkan angka 80-100 di speedometer mobil... beberapa kali perutku mengalami ... apa yaa namanya... rasanya seperti sedang naik wahana atau roller coaster yang membuat aliran darah serta jantungku sseeerrrrrr..... secaraaa.... jalanan ini hampir mirip dengan jalanan ke arah Toraja (hayooo... siapa yang pernah kesana ? ) hanya saja yang ku jalani ini naik-turun naik-turun dan berbelok, di Toraja jalanan lumayan datar tapi tikungannya yang sungguh mematikan yaa maksudnya bagi yang rentan dengan mabuk kendaraan darat. Huuuffthh... benar-benar amzazing race ! Aku sesekali melirik cemas pada ponakanku Bair adik laki-laki Alya yang kata mamanya sempat muntah saat menuju Samboja, aku pikir jika anak ini muntah lagi oohh... nooo... pertahananku pasti akan jebol juga,tapi alhamdulillah selama di perjalanan ia dan Alya tertidur lelap. Nyaris sepanjang perjalanan aku ngobrol dengan abangku dan kakak iparku yang manis,bertukar cerita tentang apa saja yang terjadi dalam hidup kami selama sekian tahun tidak bertemu,cukup lama lima tahunan lebih ada. Sampai akhirnya aku benar-benar lelah dan lelap di setengah jalan menuju rumah abangku.
         Langit sudah pekat saat kami masuk di tengah kota Samarinda, abangku memilih rumah makan dengan makanan khas lesehan, lagi-lagi aku tidak menemukan makanan khas Samarinda,seperti apa rupa lauk pauknya, kakak iparku cuma menyebut kata amplang saja yang bisa ku bawa pulang nanti. Aku rasa bukan perutku saja yang ngetwit lapar dari tadi kami semua makan dengan lahapnya, abangku dan pak sopir memilih ikan mas bakar sebagai lauknya dan ayam bakar yang kami pilih untuk segera dibantai he he he ... aku memang sangat laparrrr..... Makananku tinggal sedikit lagi ketika tiba-tiba saja Bair yang baru berusia empat tahun berlari keluar dari rumah makan dan hendak menyeberang jalan,aku segera memburunya karena khwatir dengan lalu lintas malam yang padat, ouhh.. ternyata dia menunjuk pada toko pakaian di seberang jalan yang menjual aneka baju kaos yang tenyata woow kuning,gambar mata bulat dan besar serta hidung panjang serta berbadan kotak,yuup ! Bair tenyata pecinta berat Sponge Bob..... waduuhh sabar yaa Sayang Ummi habiskan makanan dulu baru kita kesana... bujukku pelan.
         Daaaan... ternyata saudara-saudara .... abangku beserta keluarga kecilnya ini bukan menetap di kota Samarinda,tepatnya di Muarabadak Ulu yang pak sopir bilang sejam perjalanan lagi. Oke .... tak apa hanya melintas di Samarinda saja yang penting bisa tiba di rumah abangku dengan selamat. Maka perjalanan dilanjutkan kali ini aku kurang menikmatinya karena sudah malam,di balik jendela mobil aku hanya bisa menangkap keremangan perjalanan,aku memutuskan tidur saja di sisa waktu ini. Jam sembilan malam kami tiba juga di rumah abang,setelah bersih-bersih sejenak dan diberi baju ganti oleh kakak iparku hanya satu fokus utamaku saat itu, " Kak, mana bantal dan selimutku ? "
         Saat menulis ini aku juga sudah diserang kantuk jadi .... maaf pembaca lain kali aku sambung lagi dengan perjalanan pulang yang tak kalah serunya daa daaahh  zzzz.....zzzz...zzz.....

Selasa, 22 November 2011

Sehari Menjadi Ninja Hatori

          Aku menyeret koper miniku dengan hati riang walau tak dapat ku sangkal lelah ini sudah mendera hingga ke tulang belulangku, tapi setelah dipeluk mama....... hhhhh.... semua lelah lunas tak akan kucari lagi. Ransel yang  menjadi tumpuan harapan leptopku pun masih setia bertengger di punggungku yang andai bisa teriak sudah minta tolong ingin diluruskan. Mama segera mencari taksi dan menyusur jalan daerah Sepinggan tak lupa pada sopir taksi mama meminta untuk diturunkan di rumah makan yang dekat dengan angkot menuju rumah mama, yaa okelah memang lambung serta usus-ususku sudah berontak tak karuan semenjak di pesawat tadi. Sekitar lima belas atau dua puluh menit pak sopir berhenti di depan sebuah rumah makan yang cukup luas, karena menurunkan koper aku kurang memperhatikan papan nama rumah makan itu. Setelah mobil taksi itu berlalu dan kami berdua akan memasukinya aku baru sadar nama rumah makan itu Rumah Makan Angin Mamiri lengkap dengan segala hidangan khas Sulawesi Selatan,sambil cengar cengir tidak jelas aku ikut saja di belakang mama, baru setelah kami duduk dan mama memesan makanan aku berbisik pada mama " Ma, jauh-jauh datang dari Sul Sel dapatnya coto Makassar juga ?" mama tertawa lebar dan terjawab pertanyaan dalam hatinya mengapa anak perempuannya yang satu ini dari tadi senyum-senyum aneh sendirian. Mama mewanti-wanti aku agar makan banyak karena perjalanan ke rumah mama masih jauh. Apaaaa... ? masih ada sejam lagi ? buseeet rumah baru mama di mana sih ? aku tak sempat memikirkannnya lagi karena dihadapanku sudah tersaji dengan indahnya paha ayam bakar dengan sambal terasi yang orang kampungku bilang Marasaaaaa..... ! (enaaaaak !) : )
          Sehabis makan dan mengatur persiapan energi aku sedikit bersantai menunggu mama yang sedang bernegosiasi harga dengan seorang sopir angkot yang tampaknya mau membawa kami di luar dari rute yang biasa ia lalui, kesepakatan harga lima puluh ribu rupiah dua orang hingga sampai di Samboja km 48, aku pikir-pikir waaah... mahal juga karena dari rumahku ke kampung nenek di selatan kota Palopo aku membayar dengan harga sepuluh ribu rupiah dengan jarak yang sama,tapi tak apalah yang penting bisa sampai dengan segera. Sepanjang perjalanan aku dan mama berbincang dari ujung timur hingga ujung barat,hmm maksudnya semua cerita kehidupan seruku bersama anak-anak dan seputar saudara-saudaraku yang lain. Okey.... sudah sejam labih dan kami pun tiba di km 48, mama dan aku turun di pertigaan jalan dan mama menunjuk jalan kecil yang akan kami lalui lagi, haaaah..... lagi mamaaa ? tak ada angkot masuk,tak ada ojek apalagi sepeda,oh.. ya sepanjang jalan aku juga memang mempertanyakan apa sepeda laku disini ? Jalanannya itu lhoo naik turun, lagi-lagi aku berpikir hanya orang nekat saja yang memakai sepeda di daerah seperti ini. Tapi tak usah khawatir ternyata penyambutanku memang sudah disiapkan secara matang oleh mama, mama meminta tolong tetangga agar menjemput kami di pertigaan luar ini. Ohh.... mama sungguh dikau beruntung memiliki tetangga yang baik hati ; )
          "Mendaki gunung turuni lembah sungai mengalir indah ke samudra bersama teman bertualang" Yeesss aku masih ingat lirik lagu ninja hatori ini yang mewakili perasaanku saat itu tapi bukan gunung yang aku daki cuma bukit itu pun dibonceng motor sama tetangga mama, naik turun...naik turun... sepanjang empat km... dan sepanjang mata memandang aku menangkap satu pemandangan yang membuatku mendadak segar, kebun buah nenas..... wuuiidiihhhh..... bikin ngiler ditengah terik matahari begini, beberapa kali aku melewati rumah penduduk yang menjual nenas di depan rumahnya benar-benar fresh from the garden nih... Disatu sisi lain aku menjatuhkan pandanganku pada kawasan tambang batu bara di sela-sela perbukitan yang kami lalui, saat itu masih jam kerja jadi aku masih bisa melihat para truk-truk pengangkut batu bara berseliweran. Ok... stop... kami sudah sampai, kehadiranku disambut beberapa tetangga yang ramah. Setelah beberapa saat beramah tamah tak sabar aku ingin menghempaskan badanku yang hampir remuk kelelahan menempuh perjalan lima belas jam menuju pelukan mama dan ketika mataku hampir rapat terlelap ponselku berdering, nama abangku yang nomer dua tertera disana, "halo bang..., iya dah sampai baru saja, iya bang dijemput mama, iya bang... Haaaaaahhh.... apa ?! Abang besok datang sama kakak dan anak-anak buat jemput aku ke Samarinda ? "  aku tertegun sejenak dan berpikir What Amazing Race..........
          Tunggu ceritaku tentang Samarinda yaaaaa.....

Rabu, 16 November 2011

Menapaki Jalan Cinta Menuju Pelukan Mama

          Jam sepuluh malam saat mata ku sudah mulai sepet di pepet ngantuk bis yang ku tumpangi menuju Makassar mulai bergerak meninggalkan terminal Palopo. Masih teringat suara mama yang agak lemah dengan keluhan tekanan darahnya yang naik, aku merasa mama memang sudah mulai tua karena seingat ku saat mama muda dulu mama tipe perempuan pekerja keras dan jarang mengeluhkan kesehatannya hanya pegal badan saja yang ia gumamkan saat berisitirahat melepas penat seharian di mesin jahit tuanya. Mama kangen, itu inti dari percakapan ku dengan mama beberapa hari yang lalu dan atas rejeki yang telah diatur oleh Allah aku memutuskan menuju Kalimantan Timur sana menjenguk mama. Roda bis berputar dengan cepat membuat laju yang seakan membawaku terbang di tengah kepekatan malam, AC bis ku atur agar tak terlalu dingin, bis yang lumayan nyaman karena dilengkapi dengan selimut dan bantal kecil, yaa setimpal dengan kedalaman kocek yang ku rogoh lebih dalam lagi. Walau tak nyenyak-nyenyak amat paling gak aku masih bisa sempat tertidur lah  hingga tak akan ku rasa kebosanan di sepanjang perjalanan yang gelap, diselingi dengan up date status atau sekedar menengok beranda rumah dunia mayaku.
          Bandara Sultan Hasanuddin jam lima pagi, turun dari bis malam itu aku bergegas mencari toilet untuk melepaskan semua rasa tidak enak yang mengganjal perutku dan ... oh maigat.... antri... ada belasan perempuan juga di dalamnya yang sedang menunggu salah satunya nyaris tak bisa menahan hajatnya hingga marah-marah menunggu giliran, yaa memang tiga dari lima bilik WC bandara sedang ngadat tak dapat digunakan, aku juga sampai ill fell menahan gelora kebelet buang air kecil yang sudah di ujung tanduk. Setelah berjuang menahan dan tunggu giliran akhirnya keluar juga aku dari kerumunan yang penuh keluh kesah itu, melirik lagi jam dinding bandara waktu baru beranjak setengah jam saja dari jam lima, langit subuh mulai meremang menyambut pagi, lapar pun menyergapku seketika. Tapi tenang aku sudah menyiapkan persiapan tempur ouw.. maksudku traveling, roti keju dikombine coklat ditemani kopi krim kotak siap mengawali sarapanku pagi ini sambil menunggu waktu chek in pukul tujuh teng ! Bandara pagi semakin ramai dengan para calon penumpang yang tengah siap terbang ke berbagai penjuru wilayah Indonesia. Setengah tujuh seseorang menyapaku ramah menanyakan tujuanku yang ternyata bakal satu pesawat denganku hanya saja mba yang benama Surti ini akan melanjutkan perjalanan ke Samarinda lagi sementara aku stop dulu di Balik Papan. Sambil menunggu jam tujuh pas kami berbincang bertukar pengalaman soal perjalanan karena kebetulan lagi kami sama-sama pernah di Papua tetapi mba Surti di Manokwari aku di Wamena .
          Ruang Boarding..... yang menurutku bisa membuat boring... aku sedang berusaha menghemat baterai hapeku karena tidak lucu saat di jemput di bandara Sepinggan nanti aku tidak bisa dihubungi karena hapeku mati dan mereka akan kesulitan mencariku. Kegiatan tengok menengok ke beranda rumah dumay ku hentikan sejenak dan baiklah... lebih baik kumatikan saja sekarang hape imutku yang kata si sulungku mulai amit-amit mamaaaa.... Aku masih berbagi cerita dengan mba Surti dan berbagi roti, mba ini juga orang yang punya banyak pengalaman merantau sejenak aku berpikir iya... kayaknya darah bugis itu memiliki gen merantau yang cukup besar dan mendominasi pada orang-orang tertentu. Contohnya mama dan kakak laki-laki ku yang sudah bertahun-tahun tak pulang kampung dan memilih mencari peruntungan di pulau bagian lain di Indonesia.
         Pesawat lepas landas.... dan akan kulanjutkan kisah menapaki jalan cinta ini dengan judul lain yang lebih  menarik jangan lewatkan SEHARI MENJADI NINJA HATORI !

Rabu, 02 November 2011

Fira Dan Garansi Gigi

          Fira putri sulung saya sudah berumur tujuh tahun dan kelas 1 SD dia seperti anak-anak kecil kebanyakan gemar bermain, nonton film kartun, dan dia paling gemar menyanyi. Tapi satu hal yang ia takuti,ia takut jika ia berdarah, ketika ia sedang bermain dan tiba-tiba terluka ia menjadi sangat panik dan menangis jika melihat lukanya mengeluarkan darah, ia berbeda dengan adiknya yang justru sama sekali tidak takut dengan darah. Kini tibalah masanya bagi gigi-gigi susu Fira tanggal satu persatu. Kejadian tanggal gigi yang pertama terjadi beberapa bulan lalu yang diikuti dengan gigi-gigi lainnya hingga saat ini. Saat itu dua gigi seri atasnya memang sudah longgar tapi ia sama sekali tak mau jika gigi-gigi yang keropos itu dicabut. Telah bergantian kami membujuknya,mulai dari saya, bapaknya, mama saya,dan almarhum bapak saya, tapi tak ada yang bisa membujuk Fira agar mau buka mulut, ia akan segera berlari dan masuk kamar,mengunci diri berjam-jam jika kami mulai membahas giginya yang akan dicabut.Tentu saja alasan yang ia gunakan karena ia takut dengan darah. Hingga suatu hari ia sedang bermain dengan adiknya dan tak sengaja kepala Aisyah membentur giginya yang longgar hingga nyaris tercabut sendiri,gusinya berdarah,ia menangis keras dan memperlihatkan kepadaku giginya yang sudah bergeser dari tempatnya, tanpa diduga almarhum bapak saya memegangi Fira,membuka mulutnya dan segera mencabut gigi yang bahkan akarnya pun sudah terlihat. Yaa... Allah... diluar dugaan Fira menangis meraung,mengamuk,dan sangat marah pada kami,namun saya jadi tersenyum geli,ia berkata sambil menangis,
             " Kembalikan gigiku....! Dimana gigiku sekarang ! Ayo Mama pasang lagi, Fira tidak mau
               ompong,sekarang Fira tidak punya gigi... Nenek Papa (kakek) ! kembalikan gigi Firaaa !
               pasang kembali di tempatnya, ayoo cari gigiku !"
Saat itu kami semua menahan tawa karena Fira minta giginya di"garansi" sambil menangis ia memandangi gigi seri keroposnya yang ia temukan di lantai. Saya berusaha menjelaskan apa yang akan terjadi pada giginya,
            " Ini gigi jeleknya Fira,tidak lama lagi gigi bagus Fira tumbuh di tempat yang baru dicabut,
              Fira tunggu saja."
            " Tapi sekarang Fira ompong, tidak punya gigi,nanti Fira ditertawai,Fira malu,"
            " Tidak usah malu,setiap anak mengalami ompong juga sampai gigi bagus itu tumbuh,dan masih ada
               gigi-gigi jelek Fira yang lain yang akan longgar dan harus dicabut,kalau tidak susunan gigi Fira
               nanti jelek lho"
Fira masih sesegukan,lama ia menangisi gigi susunya itu,dan sepertinya saya masih kerepotan jika ada lagi gigi Fira yang tanggal,ia ketakutan jika giginya harus dicabut bahkan ketika kemarin pun saat di dokter gigi ia masih mengamuk dan tidak terima harus kehilangan gigi walau ia sudah tahu kelak gigi bagusnya tumbuh lagi. Yaaa... dan kali ini saya harus bisa membujuknya lebih ekstra agar gigi geraham depannya mau dicabut kali ini ia tidak minta garansi gigi tapi weekend di sebuah permandian di pinggir kota,hmmm.... baiklah Nak....

Senin, 31 Oktober 2011

Pentingnya Ilmu Bagi Perempuan

          Bukan bermaksud untuk mengungkap keburukan seseorang tapi dari kisah ini patut kita ambil hikmah atau pelajaran yang terkandung di dalamnya. Sebut saja seorang ibu bernama Y,beliau adalah seorang janda dengan beberapa anak yang sudah menikah dan ia tinggal bersama putri bungsunya yang masih duduk di bangku smp. Ibu Y yang tinggal sendiri dan hidup pas-pasan berusaha berjuang menghidupi putrinya ini dan menyekolahkannya baik-baik serta berharap kelak ia bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik atau hidup lebih baik dibanding satu kakak perempuannya dan tiga kakak laki-lakinya. Sebut saja putrinya ini bernama K. Namun sayang satu hal yang disadari oleh ibu Y ternyata K tidaklah sepandai kakak perempuannya R yang ia nikahkan ketika tamat smu padahal R memohon padanya agar ia bisa melanjutkan ke perguruan tinggi,namun keadaan ekonomi tidak memungkinkan ibu Y untuk mengabulkan keinginan anaknya R. K yang baru kelas 3 smp ini ternyata juga sudah terserang virus cinta monyet dan mulai berpacaran,ibu Y akhirnya resah melihat gelagat K yang senang bolos dan pergi berpacaran dengan lelaki M yang terpaut tujuh tahun lebih tua dari K. Ibu Y enggan membagi keresahannya dengan anak-anaknya yang lain karena kepergiannya ke pulau K memang tak disetujui keempat anaknya yang kala itu ibu Y beralasan untuk mencari peruntungan di kampung orang. Ibu Y takut anaknya melanggar batas dan terjerumus  ke dalam pergaulan bebas dan hamil di luar nikah maka ditemuinyalah M dan menanyakan keseriusan M pada K,M yang bekerja di dealer motor ini tampaknya serius juga pada K yang memang memiliki paras lumayan,bodi tinggi dan berkulit putih mulus. Akhirnya ibu Y menikahkan K dengan M pada saat K belum tamat smp dengan standar usia perkawinan 16 tahun. Pernikahan dilangsungkan dengan sederhana tanpa dihadiri saudara-saudara K yang lain.
          K memang masih terbilang muda,ketika ayahnya masih ada dan mereka masih satu rumah dengan kakak-kakaknya K tergolong anak emas yang paling dimanja,kemauannya selalu dituruti dan jika K enggan untuk bersekolah bujukan apa pun  tak akan mempan buat K. R sendiri kadang kewalahan merawat adik yang dibawah tujuh tahun ini darinya. Kemanjaan K dan sikap keras kepalanya  terbawa hingga menikah ya maklum bukankan K memang menikah di usia yang sangat muda dan seharusnya ia masih menuntut ilmu. K yang terbiasa manja ternyata tak mampu melayani suaminya dengan baik, ia tak tahu memasak,dan melakukan pekerjaan rumah semaunya dia saja,selebihnya ibunya lah yang mengerjakan pekerjaan rumah itu. Entahlah dalam urusan ranjang tampaknya K juga masih malu-malu menceritakan hal itu pada siapapun yang jelasnya K hidup bahagia bersama M yang mau menerima keadaan dirinya yang tak tahu apa-apa.
         Tak lama K hamil dan melahirkan seorang putra,ia melahirkan di usia tujuh belas tahun,jika tak ada ibunya kemungkinan besar K tak tahu apa-apa dalam merawat dan mengasuh anak. Kadang juga ia berusaha menelpon kakak perempuannya R agar ia diajari merawat bayi. R sering sekali menyuruh K agar menambah wawasannya dengan membaca buku,majalah-majalah atau tabloid wanita serta ibu dan anak,namun K lebih suka menghabiskan gaji suaminya dengan membeli baju-baju serta kerudung. M juga tak berbuat banyak dalam menambah wawasan K ia yang sibuk kerja hanya bisa menuruti kemauan K untuk berbelanja,jalan-jalan dan kesenangan K yang lain.
          Dan kisah K ini berakhir tragis,menginjak tahun keempat M pergi meninggalkan K yang tengah hamil dua bulan. Ibu Y berusaha mencari tahu penyebabnya menurut penuturan M ia tak tahan dengan sikap K yang kekanak-kanakan,manja,tak berusaha dewasa dan bodoh. Bodoh menurut M karena jika K diajak ngobrol tidak bisa nyambung dengan apa yang diobrolkan suaminya, K justru marah-marah jika ditegur suaminya,pada intinya M bosan dengan perilaku K yang kian hari tak kunjung dewasa. K kini tak tahu harus berbuat apa,ia juga telah terlanjur sakit hati mengetahui suaminya telah berselingkuh dengan seorang janda yang dulu pernah pacaran dengan M. M yang sudah keluar pulau tak meninggalkan sepeser pun nafkah buat anak serta bayi yang tengah dikandung K,keluarga M juga tak terlalu mau mengatasi masalah ini dan menyalahkan sikap K yang tak dewasa dan tak berilmu. Sekarang ibu Y harus menangung biaya hidup K dan anak-anaknya ditambah dengan sedikit bantuan dari anak-anaknya yang lain. K juga tak tahu mau kerja apa karena ia sama sekali tak punya keahlian dan tak punya modal untuk berusaha.
          Menikah bukanlah hal mudah,menikah butuh persiapan ilmu,fisik dan mental. Kisah K diatas bisa menjadi cerminan bagi ibu-ibu yang lain agar bisa mendidik anak sebaik mungkin dan melepas mereka setelah benar-benar matang. Bukan bermaksud menggurui namun kita harus mengambil hikmah dari setiap kejadian,dan belajar agar bisa menjalani hidup dengan lebih baik lagi.
         

Minggu, 30 Oktober 2011

Dunia Baru

Setelah vakum beberapa lama tak menghentakkan jari di atas keyboard leptop yang ku beri nama Bboy ini aku justru hadir di dunia baru yang bernama blog menjadi blogger dan ber-blogging ria di jam-jam ngalong ini, yaa jam ngalong karena tempatku tak cukup bagus menangkap sinyal untuk disambungkan ke leptop di siang hari,kecuali aku bersedia mencari warnet yang tak jelas keberadaannya di sekitar tempat baruku. Aku memang suka menulis apa lagi ketika mendapat ide segar dan net mendukung aku langsung tulis dokumen facebook ku terus ada teman yang mengusulkan mengapa tidak di blog saja ? hmmm iya ide bagus tulis di blog apalagi teman-teman di salah satu grup di fb kebanyakan sudah punya blog yang keren-keren.
Oh yaa.. perkenalkan namaku Mariana nama keluargaku Janis tapi di akte kelahiran,ijazah dan ktp cuma Mariana saja, di rumah aku dipanggil Ria tapi di luar sana hingga di dunia maya aku lebih memperkenalkan nicknameku sebagai Ana, yaa karena aku memang lebih suka dipanggil Ana ternyata. Status.... aku sudah menikah dan memiliki dua putri,tak ada pekerjaan formal tapi aku bisa menjahit dan kadang menjadi penghasilan sampingan itu pun kalau ada yang mau dijahitkan pakaian olehku,selebihnya aku bermimpi jadi penulis terkenal seperti JK Rowling atau Stephenie Meyer.... wooow ketinggian yah ? aku rasa tidak juga he he he ....
Aku paling suka membaca buku,novel tema apa saja mulai dari yang ringan hingga yang berat (kalau ini sesuai dengan kapasitas otakku saja,kalau terlalu berat juga lebih baik aku tutup dan kembalikan ke yang punya),dan juga menonton film,film apa saja dari romance,thriller,action,humor atau yang dikombine-kombine gitu deh...dan pilihan terakhir film perang kalau sudah tak ada pilihan film lainnya. Nonton film perang buat aku susah bernapas terlalu tegang buatku (yang ini suamiku doyan mulai dari PD I,PD II,perang Vietnam dan tema-tema perang yang lain).
Soal tulisan aku biasanya nulis curhatan hati... o...oouw... yaa aku orangnya melankolis dan sentimentil.... segala apa yang ku rasa kutuangkan dalam catatan hati,dan jika menghadapi masalah dan sulit untuk ku pecahkan disinilah jemariku menari melukiskan semua gundah gulana hingga grasak grusuk hatiku. Tapi yang lebih penting masuk di dunia baru ini adalah mencari kawan sejati dalam persahabatan (maaf tidak berlaku untuk lawan jenis),ilmu yang bermanfaat serta jika sangat memungkinkan mendapat amal dari berkawan dan berbagi ilmu itu sendiri.
Soooo..... jika ada kawan yang ingin bergabung dalam duniaku yang penuh serba serbi ini dengan senang hati ku rentangkan kedua tangan ini lebar-lebar menyambut kalian,semoga persahabatan kita kelak penuh berkah..... ! New Days Has Come.... !