tag:blogger.com,1999:blog-76508152905163643692024-02-20T06:33:04.194-08:00Mariana MenulisBlog ini adalah penampung hal-hal yang sudah meluber di kepala saya dan siap untuk dibagi kepada pembaca,apa yang ada di benak saya mungkin saja sama atau berbeda dengan apa yang ada di dalam pikiran pembaca lainnya namun selama tak jadi perselisihan perbedaan atau persamaan adalah hal yang dibawa senang saja...Remember Anahttp://www.blogger.com/profile/13830989547092041200noreply@blogger.comBlogger12125tag:blogger.com,1999:blog-7650815290516364369.post-30754785516727061422012-05-19T14:13:00.000-07:002012-05-19T14:13:03.639-07:00Aku Ingin Berdamai...<br />
<div class="MsoNormal">
Aku ingin
berdamai dengan diriku sendiri, dirinya dan dia. Aku lelah mencengkram duka
yang kupikir tak berujung. Namun sesungguhnya aku lah yang tahu dimana duka ini
akan selesai. Hanya aku yang bisa mengakhiri duka, luka dan dendam yang ku
sulut terbiar tanpa padam. Hanya aku yang bisa menyelesaikan satu episode
cerita hidupku ini, bukan laki-laki dan perempuan itu. Ku benamkan diriku tanpa
ampun dalam dendam yang melelahkan, ku biarkan dunia gelap tak tersibak, ku
tutup mataku sendiri dari cahaya yang melimpah ruah di semesta yang luas ini.
Aku terlalu sibuk mengorek luka ku sendiri dan mengutukinya tanpa henti. Lalu
bagaimana wujudku yang sekarang ? Mengerikan… Sungguh mengerikan. Lantas sampai
kapan ini kan berlanjut sementara waktu tak akan terus menunggu ?</div>
<div class="MsoNormal">
Aku ingin
berdamai dengan diriku sendiri, dirinya dan dia. Menutup cerita lama dan membuka
episode baru tanpa ada ion-ion negatif yang melingkupiku, hanya hawa positif
yang akan membuatku sehat dalam menjalani hidup. Apa sebenarnya yang aku tak
punya di dalam hidupku ini ? Dua permata hidup yang mempunyai bakat kemilau
luar biasa ! Kemurahan Allah SWT yang tiada pernah berhenti menaungi diriku.
Aku masih punya udara, air, tanah, api yang ku dapatkan dengan mudahnya,
untukku melanjutkan hidupku. Kawan-kawan yang baik, tulus ikhlas mengingatkan,
menasehati, membantu, mendoakan dan setia menemaniku dalam tangis dan tawaku.
Apalagi yang tak ku punya dalam hidup ini ? Cinta ? sahabatku mengatakan cinta
Allah lebih besar dari cinta insan dan aku sedang menanam keyakinan itu sebaik
mungkin dan menjadikannya pijakan disaat aku berduka dan merasa sepi. Yang tak
ku punya saat ini adalah kelapangan hati dan rasa syukur yang tenggelam oleh
egoisme rasa duka mansiawi tanpa kendali.</div>
<div class="MsoNormal">
Aku ingin berdamai
dengan diriku dan hidupku dengan ada, atau tidak ada dirinya dan dia. Aku akan
memulainya dari awal, dengan niat yang baru bahwa sesungguhnya hidup dan matiku
hanya untuk pemilik kehidupan dan kematianku Allah SWT. Ku harap Allah
memberiku tenggat waktu lagi untuk mendekatiNYa, mengibaNya, menangisiNya,
bersyukur atas namaNya, dan segala dosaku diampuniNya serta menjadi salah satu
kekasihNya. Jika aku tak beruntung di dunia aku harus yakin Allah sedang
membuat peruntunganku yang lain. Dan jika memang dengan cara ini Allah ingin
aku dekat padaNya, dengan derai air mata serta rintihan kesakitan yang terucap
dari bibirku, baiklah aku pasrah dengan caraNya. </div>
<div class="MsoNormal">
Aku ingin
berdamai dengan diriku dan hidupku. Menggapai damai, tak ada lagi rasa dendam
yang membakar, tak ada tangis yang meraung, tak ada lagi mimpi buruk di setiap
tidurku, tak adalagi flash memory yang meracuni otakku. Mendekap dua permataku
dengan penuh cinta tak terkontaminasi dengan perasaan emosional pribadiku.
Menerima kenyataan dan menjalaninya sepenuh hati. Rasa damai, tenang, tentram,
sejuk, lembut, aku ingin itu. Aku tersenyum sejenak, dan berpikir pasti tak
semudah itu meraihnya, tak semudah menuliskannya seperti sekarang ini.
Tantangan, hambatan, dan godaannya setimpal, sebanding dengan apa yang ingin ku
raih. Lantas apa aku akan menyerah lagi ? Menyerah sekarang ? Aku tidak mau ! Aku tidak boleh ! </div>
<div class="MsoNormal">
Aku datang
mengetuk pintu Mu yaa Allah… hanya Engkau yang memiliki rasa kasih yang luar
biasa jangan tinggalkan aku, pegangi aku jangan sampai terlepas lagi karena aku
pun berpegang padaMu. Tak ada yang tahu rahasiaMu untuk pengampunan dosa, aku
hanya berharap Kau kan mengampuni salahku. Aku pernah tersesat, tak tahu jalan
pulang, bak sinar mercusuar di tengah lautan dengan terengah-engah aku datang
mengikuti cahaya itu dan berharap bisa pulang dengan selamat. Aku tak bisa
berkata lagi dan pastinya Kau tahu apa isi hati dan mana yang terbaik buatku. Aku pulang yaa Allah…
aku pulang… terima diriku ini…</div>Remember Anahttp://www.blogger.com/profile/13830989547092041200noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-7650815290516364369.post-38449972597988175282012-05-14T21:07:00.001-07:002012-05-14T21:07:20.961-07:00Maafkan Semua Kesalahan dan Kekuranganku...<br />
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%;">Biarkan Aku
Menulis Pledoi Diriku Sebagai Istrimu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"> Katanya aku yang bersalah sehingga dia
mencari perempuan lain, semua terjadi karena kesalahanku, KESALAHANKU. Namun
biarkan aku menceritakan siapa diriku yang sebenarnya sebab aku juga manusia
dan perempuan biasa, perempuan abad 21 dan bukan perempuan yang ditempa di
jaman Rasulullah SAW. Inilah diriku…<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"> Namaku Maria Caroline Janis dan ketika
diislamkan di umur tujuh tahun namaku berganti menjadi Mariana, hanya Mariana.
Di kampung aku sering dipanggil dengan nama Maria seperti nama asliku yang dulu
meski aku kurang suka dipanggil begitu. Aku lebih suka dipanggil Ana atau
Mariana, namun suami dan keluarga suamiku memanggilku dengan sebutan Ria. Aku
mengalami masa kecil yang tidak bahagia, tidak ada sosok ayah yang menemaniku
tumbuh dewasa, mamaku pun terlalu sibuk untuk mencari uang demi sekolahku. Masa
kecil yang penuh trauma, kekerasan fisik dan mental dari ayah tiriku (alm), dan
aku sangat merindukan mamaku meski mama tiap hari bisa ku lihat. Semua ku
simpan dalam hatiku, masa sekolah dasar yang ceria tak sepenuhnya ku nikmati,
aku merasa ayah tiriku telah merebut mamaku hingga aku merasa sepi sendiri dan
mama terkadang membayar rasa sepiku dengan uang jajan yang lebih. Aku menjadi
sosok yang ceria di luar namun terluka dan penuh dendam dan amarah di dalam.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"> Hingga aku harus melewatkan satu cawu
terakhir di sekolah tanpa mama karena mama pindah ke kota lain dan meninggalkan
aku dengan tante yang punya empat anak laki-laki. Aku merasa tertekan, aku
merasa terbuang dan inilah cikal bakal sifat dan sikap burukku. Di smp pun tak
kalah melelahkannya, kekerasan psikologis masih aku terima dari ayah tiriku dan
dari kebiasaanku di awalnya aku tak pernah mengadu pada mamaku, aku
menyimpannya dan tanpa tahu harus aku ceritakan ke siapa. Aku menjadi pendendam
dan gampang meledak karena aku menyimpan bom-bom waktu di dalam diriku. Aku
tenang namun bisa sangat galak, aku ceria namun aku bisa sangat murung, aku
sabar namun aku bisa murka. Tanpa sadar inilah ternyata karakterku, tak mampu
mengelola emosi dengan baik.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"> Sekolah menengah umum, tahun pertama
lagi-lagi aku dititipkan kepada tante karena mama tak punya pilihan lain agar
aku merasa nyaman jauh dari ayah tiriku. Aku tak membantah aku terima saja
meski rumah itu pun menyimpan cerita yang tak kalah kelam dan perihnya. Aku pun
menenal cinta pertamaku disana namun tak berbalas, kakak kelas yang aku taksir
suka padaku karena aku mirip dengan mantannya. Oohh… yaaa.. aku patah hati,
kembali aku merasa dunia terasa sepi. Aku menyimpannya lagi dan lagi… akhirnya
aku berubah jadi makhluk dengan sifat dan sikap tak tertebak. Aku bisa menjadi
baik dan jahat seketika, aku bisa tersenyum dan menangis saat itu juga. Aku
menjadi pemarah dan penuh angkara jika ada yag tak sesuai dengan keinginanku.
Namun untungnya aku masih bisa berteman dan bergaul dengan baik. Tak lama
seorang kakak kelas ingin jadi pacarku, dan aku menerimanya. Tetapi hubungan
itu dilanjutkan dengan long distance relationship, mama merindukanku katanya
dan memintaku pulang. Baiklah aku pulang toh aku masih percaya apa pun yang
mama lakukan buatku adalah demi kebaikanku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"> Aku menemukan keajaiban… naik kelas dua
aku serius berjilbab,ikut rohis dan menjadi personel remus (remaja mushollah)
di sekolah yang tebilang unggulan dan elite di kotaku. Saat mengaji aku diberi
tahu dalam islam tidak ada yang namanya pacaran, dan aku menjaga jarak dengan
pacarku yang saat itu sudah berada di pendidikan kepolisian, dan bersiap menjadi
seorang polisi. Namun lagi-lagi kenyamananku terusik di dalam rumah aku masih
saja dianggap duri dalam daging bagi ayah tiriku, aku pun menyingkir dari rumah
dan menyewa sebuah kamar kost. Karena intensif mengaji aku bisa tenang, sosok
Mariana yang temperamental, pemarah, sensitif, mudah menangis terkubur sesaat
berganti dengan sosok lain yang tegar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"> Aku dikhianati… pacarku menelponku dan
mengatakan ia telah menemukan gadis lain dan hendak menikahinya. Baiklah… aku
melepaskannya dan berdoa mendapat ganti yang terbaik dalam hidupku. Menjelang
ujian akhir smu seorang kerabat datang ke mamaku untuk melamar aku buat anak
sulungnya. Aku semakin gencar berdoa meminta yang terbaik. Namun ada yang salah
dengan niatku, aku menerima perjodohan itu agar bisa terlepas dari rumah yang
sangat tidak nyaman bagiku,dan terlalu banyak berharap jika laki-laki ini bisa
mencurahkan dan memenuhi cinta kasih dalam kehidupanku tanpa aku mengenalnya
lebih jauh.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"> Aku menikah…. Babak baru yang lebih jauh
telah aku masuki. Terkejut… itu gambaran yang terjadi di awal langkahku.
Terkejut dengan perbedaan latar belakang keluarga, pola hidup, dan kultural
yang semuanya sungguh jauh sangat jauh berbeda dengan yang kujalani selama ini.
Belum hilang keterkejutanku, aku harus menjalani peran di rumah mertua sebagai
istri yang taat, sabar dan dan harus pandai mengurus rumah, menjadi menantu
yang baik dan hormat pada mertua dan ipar yang harus bisa beradaptasi dengan
semua saudara-saudara suamiku. Awalnya aku melihat semua yang kulakukan adalah ladang
amalku dan mencari ridha Allah SWT. Ritme sebagai menantu di keluarga besar
ternyata menyita waktu dan aku kelelahan, kesalahan yang ku lakukan adalah
meninggalkan pengajian dan lingkungan yang selama ini merubah Mariana monster
menjadi Mariana yang tegar dan ikhlas. Aku kembali menjalani masa-masa sepi,
semuanya terasa kembali menyelimutiku. Laki-laki yang kuharap bisa menjadi
kawan,sahabat dan kekasihku ternyata tak memenuhi semua harapan ku dan dahagaku
pada kasih sayang. Aku kecewa, tenggelam dan kesepian, kebingungan, tanpa kawan
dan kelelahan…<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"> Aku kembali menjadi Mariana Monster, sosok
pemarah,sensitif, mudah tersinggung dan cepat menangis… aku kehilangan kendali.
Aku marah dan melampiaskan kepada suamiku yang sama sekali tak mengerti
keadaanku, aku lelah mengurusi semuanya, dan keadaan menuntutku agar terus
bersikap baik karena posisiku di rumah itu. Ketika anak-anakku lahir keadaan ku
semakin memburuk dan aku seharusnya mencari bantuan, dan perawatan psikologis
atas apa yang terjadi dalam diriku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"> Kini aku yang bersalah … aku tak bisa
menjadi istri yang menyenangkan suami, aku tidak taat, aku keras hati, keras
kepala, aku, aku, dan aku yang begini begitu. Itu adalah alasan besar dan benar
bagi dirinya untuk menikah lagi, ia mencari perempuan yang sesuai inginnya. Di
tahun kesembilan pernikahan kami ia menikah siri dengan perempuan yang lebih
muda dan cantik dariku.Setahun lebih ia menyembunyikannya dari ku, sering aku
bertanya apa alasannya ia hanya menunjuk diriku. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"> Tidaaaakkkk…!!! aku ingin mengajukan
pembelaan, aku tidak terima jika semuanya adalah salahku, sebagai suami ia
harus membimbing dan mendidik istrinya, ia juga harus sabar dengan kekurangan
istrinya. Jika ia tidak berkenan dengan kelemahanku mengapa ia diam saja ?
mengapa ia membiarkan aku larut dengan hal-hal yang tidak ia sukai ? bukankah
dari awal dia bisa menegurku ? mengapa justu ia meninggalkanku di saat aku
membutuhkannya ? ia menghukumku dengan cara menikahi perempuan lain. Bagiku ini
tidak adil ! Aku yang tengah kritis mencoba mengais sisa-sisa sifat dan sikap
baikku ditimpakan lagi dengan poligami yang semakin membuatku hancur. Aku
nyaris gila, dan sangat terpojok ketika dia mengungkapkan semua sikap burukku
di depan ibunya sebagai alasan untuk menikah lagi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"> Aku hanya ingin membela diri…. Aku hanya
ingin membela diri…aku mencintainya, aku menghormati suamiku,ia sering
membuatku kesepian, menangis dan terluka namun aku tetap mendoakannya. Kini
setelah ia menunjuk jarinya kepadaku, aku terhenyak, aku tak bisa berkata
apa-apa karena semuanya benar, aku sangat temperamental dan emosional. Aku
seorang monster dulunya dan berganti menjadi gadis baik ketika agama menyentuh
seluruh sendi-sendi hidupku. Seharusnya aku bersabar menjalani lakonku di rumah
itu, seharusnya aku tak meninggalkan pengajian agar aku tetap tahu bahwa Allah
akan selalu melindungiku, menguatkanku dan tak pernah meninggalkanku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"> Inilah hidupku… hidup yang telah dan akan
terus aku jalani. Nanti sore aku ada janji di sebuah lembaga konseling bentukan
sebuah partai islam. Rata-rata aku mengenal mereka karena mereka adalah para
murobbi dan akhwat-akhwat kawan-kawan liqo’at ku dulu. Aku akan menjalani
“terapi” di sana dan mendatangkan lagi sosok Mariana yang dulu. Monster ini
harus aku kubur, aku harus mengobati diriku dan merestart semua yang ada dalam
diriku. Aku sudah terlalu lama berjalan sendirian dan saatnya untuk pulang,
meski awalnya aku tersesat namun aku yakin jalan Allah itu sangat terang dan Ia
tak akan menyia-nyiakan aku yang ingin kembali berjalan di jalanNya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 12.0pt;"> Maafkan aku jika aku menganggap ini pledoi
dan terkesan egois membenarkan dan memenangkan diriku sendiri karena bagiku
sesuatu hal ada sebab akibatnya… jika memang aku yang salah doakanlah agar aku
bisa menjadi lebih baik lagi dan sabar ikhlas itu bisa kuraih dan ku tanam
dalam hatiku yang baru…<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>Remember Anahttp://www.blogger.com/profile/13830989547092041200noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-7650815290516364369.post-23873901038446887652012-05-07T21:26:00.001-07:002012-05-07T21:26:19.128-07:00Terbakarnya Rumah Kedua Itu<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Kami hanya sesekali bertemu itu pun
jika sedang memilih-milih sayur mba sayur yang datangnya pukul setengah delapan
pagi di kost-kostan kami. Candaan pagi dan tawa kecil hanya melibatkan ibu
pengelola kost, aku, si mba sayur dan ibu di kamar nomer 22. Penghuni kamar 23
ini jarang tersenyum dan cenderung menutup diri. Aku juga sudah malas untuk
tersenyum apalagi menyapanya ketika di suatu pagi senyum yang dengan tulus
kutujukan padanya tak berbalas dan hanya di tanggapi dengan delikan mata. Hmm….
Sungguh aku jadi tidak enak, sejak itulah aku tak berminat making friend
dengannya.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Ibu pengelola kost juga tidak terlalu
tahu banyak latar belakangnya, ibunya Ita sapaan akrabku pada pengelola kost
ini hanya tahu jika ia telah bersuami dan tak lebih dari itu. Hingga suatu hari
ibunya Ita menyebut bahwa kemungkinan sangat tertutupnya penghuni kamar 23 itu
karena dia istri kedua dari seorang pria berumur yang bekerja di sebuah bank
ternama. Aku dan si mba sayur menggumamkan kata “ooohhh….” Dan aku tak ingin
mengusik lebih jauh kehidupan perempuan yang kerap berkerudung itu. Ingatanku
kembali pada beberapa bulan yang lalu dimana sakitku bermula. Saat ku tulis
kisah ini, aku berusaha senetral mungkin tanpa ingin berdiri aku di pihak mana,
namun simak saja penuturanku dan simpulkan sejauh mana aku tak berpihak.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Siang yang terik dan sepi di tempat
kost, aku masih asyik menggarap tulisan fiksiku hingga sayup-sayup aku dengar
suara-suara orang bernada marah. Aku
tetap tak tergoda untuk keluar dan melihat apa yang terjadi hingga akhirnya
terdengar suara-suara itu semakin melengking. Terseret oleh rasa penasaran
akhirnya aku mengintip di jendela, sumpah serapah, caci maki yang pedas di
telinga tersembur dari mulut seorang perempuan. Aku menghela nafas panjang, aku
mengerti sekarang apa yang terjadi, istri pertama datang menemui istri kedua
dengan kemarahan yang menggunung. Aku termenung di sudut jendela, dua sisi hatiku
terpecah dua. Sisi kiriku tertawa puas dengan kejadian itu, seakan mewakili
kata-kata yang selama ini ingin aku ucapkan dengan teriakan memuaskan. Sisi
kiri yang tak mengenal kata maaf, kata ikhlas, kata rela, dan penuh dengan
amarah. Rumah kedua itu sedang terbakar, perempuan kedua itu tengah
dipermalukan, segala makian yang merendahkan perempuan terdengar beruntun dari
mulut istri pertama. aku tidak ingin menguping tapi inilah realita, aku
seakan-akan berada di posisi yang sama, mendadak hatiku riuh dengan perasaan
perih yang terbuka lagi.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Lantas apa yang dikatakan sisi
kananku saat itu ? andai saja kau jadi perempuan kedua itu An… andai saja kau
yang menjalani kehidupan tertutup rapat itu… andai saja kau yang sedang dimaki
tanpa perasaan… sisi kananku mencoba untuk berbelas kasihan. Perempuan kamar 23
itu baru saja melahirkan bayinya dua hari yang lalu. Aku berhasil menyeret
kakiku menjauh dari jendela dan terduduk di kasur tempat favoritku untuk
menulis. Aku bertanya, jika kelak aku menemukan rumah kedua suamiku, jika kelak
aku menemukan perempuan kedua itu, apa yang harus aku lakukan ? berlaku sama
dengan perempuan yang datang penuh dengan kebencian itukah ? mencaci makinya
seperti menghardik pencuri yang kedapatan tangan sedang mencuri ? Aku ingin
bertindak lebih elegan, menyapanya dengan senyum, menjabat tangannya dengan
lembut, ahhh… benarkah aku mampu melakukannya ? Bisa saja karena aku bukan
perempuan istri pertama itu, aku adalah aku dengan kepribadian dan pemikiranku
sendiri. </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Perempuan itu sudah pindah dengan
bayinya tanpa sepengatahuan suaminya,ia pun tak berpamitan dengan ibunya Ita,
ia pergi begitu saja mencoba menghilang tanpa jejak. Aku yang masih sinis
melihatnya seperti sedang berlari dan terus berlari, bersembunyi dari istri
pertama dan keluarga istri pertama yang bergantian datang melihat dan memaki
dirinya. Sampai kapan ia akan menjalani kehidupan seperti itu, toh tak ada yang
tahu mengapa ia mau dinikahi laki-laki yang seumuran dengan bapaknya. Aku pun
masih mempertanyakan hal yang sama mengapa perempuan itu mau dinikahi suamiku
meski ia tahu aku ada, anak-anakku pun ada. Satu-satunya jawaban yang bisa
membuatku sedikit membaik adalah semua sudah direncanakan olehNya, skenario ini
telah dibuat olehNya. Lantas mampukah sisi kananku menaklukan sisi kiriku yang
sombong, angkuh dan penuh dendam ? yaa Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang…
beri aku waktu… beri aku kesembuhan sehingga aku tak perlu membakar rumah kedua
itu…</div>Remember Anahttp://www.blogger.com/profile/13830989547092041200noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7650815290516364369.post-42505669615357456482012-05-03T13:39:00.002-07:002012-05-03T13:39:50.260-07:00Facebook oh Facebook...<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Facebook Telah Membawanya Kepadaku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Cici jangan pergi lama-lama yaa !”
dengan cadel dan suara hendak menangis Yus memegangi ujung bajuku, tatapan
matanya seperti memohon satu janji yang pasti. Aku mencium pipi putihnya dan
berjanji pada adik kecilku, namun dengan sarat keraguan kuucapkan paksa kalimat
ini “Iya… Cici janji, Cici gak akan
lama-lama perginya dan akan kembali lagi, Cici dan Abang akan main bersama-sama
lagi.” Aku akhirnya berangkat dengan mama, aku menengok ke belakang berharap
masih melihat sosok kecil berambut tipis, berkulit putih, bermata sipit dan
selalu memanggilku Cici, panggilan adik ke kakak perempuannya. Taksi sudah
sangat menjauh dari kediaman kami yang terbuat dari dari kayu di kampung dalam di
daerah Batam sana. Saat itu usiaku baru tujuh tahun, dan Yus adik laki-laki
kesayanganku baru berumur empat tahun, tak pernah kusangka aku akan berpisah
dari sosok mungil teman bermainku dan janji yang penuh keraguan itu tak pernah
terwujud.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Saat itu ingin sekali kembali turun dari
taksi yang membawa kami ke pelabuhan. Aku ingin kembali ke rumah kayu itu dan
tak akan pergi dari adik kecilku, tinggal bersama dia dan papa, tak usah ikut
mama, jika aku pergi siapa yang akan menemani Yus bermain, makan, dan berdoa
? Ada yang perih rasanya di perutku saat
itu, mataku pun basah namun ku tahan agar tangisku tidak pecah. Ku tahan
segenap sedih yang menyesakkan dadaku, aku tak mau mendengar mama bertanya
mengapa aku menangis sementara mama sebenarnya sudah tahu jawabnya. Ketika itu
aku hanya berharap waktu lekas berlalu, membawaku menjadi dewasa agar aku bisa
kembali lagi ke tanah ini di mana tanah bermain ku yang terakhir bersama Yus.
Lekas dewasa agar aku bisa pahami keputusan mama yang membagi siapa ikut siapa
dan siapa membawa siapa. Yaahh… perpisahan orang tua memang kerap menjadikan
anak-anak sebagai korban. Terpisah satu dengan yang lainnya, tak utuh dan
membawa perih dan trauma luar biasa. Seperti yang ku rasa hingga dampaknya
masih membekas dihitungan umur ku yang dua tahun lagi genap berkepala tiga.
Hingga aku menanamkan tekad di hatiku, apa pun yang terjadi pada rumah tanggaku
(mudah-mudahan tidak) anak-anakku tidak boleh hidup terpisah mereka harus tetap
bersama. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Beberapa bulan aku masih sering
menerima surat-surat papa yang kebanyakan berasal dari Singapura. Papa saat itu
memang seorang pelaut dan sering menitipkan adikku pada keluarga teman-temannya
atau tetangga. Hingga Yus hendak masuk sekolah dasar barulah Yus dititip di Bitung,
keluarga papa. Namun aku masih belum bisa berkomunikasi langsung dengan Yus
hanya lewat surat-surat papa aku tahu kondisi Yus. Ditahun ketiga menjelang
kelulusan smp komunikasi dengan papa akhirnya terputus sama sekali. Aku bingung
tak tahu harus menghubungi papa dan Yus kemana. Surat-surat yang terkirim tak
pernah mendapat balasan dan akhirnya aku hanya bisa mencari mereka lewat doa.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Aku pun menikah selepas smu dan hobiku
menulis masih berlanjut. Mengenal internet baru di sekitaran tahun 2007-2008.
Kesibukanku sebagai irt dan mengurus anak membuatku tak banyak waktu mengenal
internet lebih jauh lagi. Ketika facebook mulai booming aku sama sekali belum
tertarik hingga di titik kerinduanku pada adik dan papa menyeruak lagi dan
memiliki ide mengapa tak mencari jejak mereka di dunia maya. Namun lagi-lagi
keaktifanku dalam dunia maya masih belum sepenuhnya, aku harus ikut ke seberang
pulau ikut suami dan niat mencari adikku di dunia maya terurung jua.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Tahun 2010 di bulan desember menjelang
tahun baru aku mulai mengaktifkan kembali akun facebook yang sebenarnya sudah
ku buat di tahun sebelumnya. Satu persatu kawan lama dan kawan baru masuk dalam
kehidupanku. Sesekali aku menulis status tentang pencarian papa dan adikku itu.
Hanya sedikit yang merespon, aku akhirnya menemukan tempat yang sangat
mengasyikkan yaitu berkumpul di grup-grup yang berisi orang-orang yang punya
hobi,minat dan impian yang sama yaitu menulis dan menjadi penulis. Sampai suatu
hari ada teman yang mengatakan bahwa temannya pernah mendengar nama adikku itu,
dengan secepat kilat ku ketik nama adikku itu di pencarian dan…. Ia kutemukan !…
Adik kecilku kini menjelma menjadi seorang pemuda yang gagah,berkaca mata dan
cerdas pula. Aku segera mengirimkan permintaan pertemanan, mengirimkan pesan
bahwa aku sangat ingin berteman dengannya. Yaa… aku sengaja memang tidak
mengungkap siapa aku sebenarnya. Ia hanya tahu jika ada seorang ibu muda,
status menikah, dan beranak dua ingin menjadi temannya. Tak lupa aku meminta
nomer ponselnya dan menunggu respon dirinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Permintaan pertemananku diterima,
pesan di kotak masuknya dibalas pula, ia pun mengirimkan nomer ponselnya meski
harus menunggu. Sore itu juga aku menelponnya dengan debar jantung tak karuan,
bunyi tuuut…tuuutt… itu terdengar berkali-kali hingga akhirnya suaranya dari
seberang menyapaku dengan ramah. Segenap perasaan ku tekan sebisa mungkin agar
terdengar normal. Aku tak membuka identitasku yang sebenarnya takut ia
menolakku karena janjiku yang tak bisa kupenuhi “ Jangan pergi
lama-lama,Ci” Sebisa mungkin ku mengorek
keterangan keluarga menurutnya dan benar ia mengakui bahwa ia punya mama dan
kakak perempuan di suatu kota di daerah Sulawesi Selatan. Aku lega… akhirnya ia
kutemukan di dunia maya bernama facebook yang membawa ia kembali padaku. Doaku
bertahun-tahun terkabul sudah… <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Malamnya aku kembali mengirimkannya
pesan pendek, bertanya-tanya seputar pekerjaan dan kuliahnya. Akhirnya aku
pelan-pelan memberi petunjuk siapa aku sebenarnya, siapa sesungguhnya teman
facebook barunya ini. Ia pun tanggap dengan pesan-pesan pendek yang menyiratkan
banyak pertanda. Ia meminta aku menelponnya jika benar aku cici-nya seperti
dugaan awal ketika ia melihat foto profilku di facebook. Dengan tangan gemetar
aku menekan tombol panggilan, tanpa perlu menunggu aku langsung mendengar suara
tangisnya yang pecah di ujung sana. Rasa tak percaya, rindu yang menggunung,
suka cita, dan kesedihan yang tertahan dua puluh tahun meledak di pertengahan
malam di awal bulan maret 2010. Menit-menit pertama yang terlewat hanya diisi
dengan suara tangis kami berdua, barulah beberapa saat kemudian kami saling
bertukar cerita apa yang terjadi pada kami dua puluh tahun selama kami
berpisah. Rasa syukur tak terkira ku
panjatkan kepada Allah SWT semata, jalan panjang yang ditempuh dalam pencarian
berakhir di sebuah akun facebook. Bukan hanya keluarga yang hilang telah
kutemukan tapi juga berjuta impian telah ku dapatkan disini. Kawan-kawan yang
menakjubkan dan tak akan terlupakan. Ini adalah kisahku tentang facebook, suatu
keajaiban dunia maya menurutku, dan ku yakin bukan hanya aku saja yang
mengalaminya karena di tempat lain kawan-kawanku menemukan belahan jiwa mereka
dan membina rumah tangga yang berawal dari sebuah akun di facebook. Betul…
Betul…Betul… ? : )<o:p></o:p></span></div>Remember Anahttp://www.blogger.com/profile/13830989547092041200noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-7650815290516364369.post-66846443469280828522012-04-25T15:27:00.002-07:002012-04-25T15:27:27.798-07:00Peri BoniePenting kah sebuah nama pena ? aku menjawab penting bagiku. Aku membutuhkan sosok baru dalam kehidupanku, aku tak ingin membawa diriku yang lama dan usang masuk ke dalam dunia baruku. Sosok lama itu harus aku tinggalkan agar bisa mendapatkan spirit yang berbeda. Aku butuh "merk dagang" yang bisa mewakili dunia baruku, karena ada harapan baru, doa- doa baru, dan semangat serta orientasi baru di dalamnya.<br />
Peri Bonie.....<br />
Peri merupakan nama putri sulungku Permata Putri Zhafirah<br />
Bonie merupakan panggilan kesayangan Aisyah Maulidha yang terdengar lucu di telingaku.<br />
This my new brand yang akan menjadi my brand new, forget about MJ karena roh yang mengalir di setiap tulisanku adalah milik Peri Bonie ....<br />
<br />Remember Anahttp://www.blogger.com/profile/13830989547092041200noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7650815290516364369.post-67668305522235992722012-04-15T13:40:00.001-07:002012-04-15T13:45:38.851-07:00Blogku Sayang Apa Kabar ? Andai saja "rumahku" yang ini benar-benar berwujud rumah saat kutengok sekarang pastinya sudah sangat berdebu dan berjelaga. Lama tak mengunjungi dan menulis sesuatu disini dan saat ini jemariku memang sangat kaku menghentak-hentak di atas keyboard leptop hitam milikku satu-satunya. Tak ada hal spesial yang ingin kutulis dan kubagi. Aku hanya merasa aku saat ini seperti sedang terbangun dari mimpi buruk dan mendadak rindu pada blog kesayanganku ini. Yaa sebuah mimpi buruk yang real terjadi dalam kehidupanku. Tak ingin ku bagi mimpi buruk apa tapi memang sangat membuatku terpuruk bahkan percaya atau tidak sejenak aku kehilangan hasrat menulisku. Aku benci menulis dan lama tak menyentuh leptopku sendiri. Aku hanya bisa membuat beberapa kalimat pendek untuk status fb ku yang mengundang banyak tanya sahabat-sahabatku di sana.<br />
Inilah hidup,kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi besok. Perjalanan ini pun aku tak tahu akan berakhir seperti apa. Aku malah sempat mempertanyakan ini nasib atau takdir kah ? tapi tak ada gunanya mempertanyakan itu yang terpenting adalah bagamana menghadapinya,menjalaninya dan berjuang melanjutkan hidup. Tapi satu hal yang tak padam dalam hatiku setelah kejatuhan totalku yaa meski wujudnya hanya pendar temaram, aku masih ingin jadi penulis... keinginan yang temaram itu masih menyala. Aku ingin menuliskan semua yang terjadi dan berbagi agar orang yang membacanya bisa mengambil hikmahnya tapi kapan hal itu terwujud aku belum tahu. Jujur langkahku masih pincang, aku masih terseok-seok berjalan di realita baru kehidupanku jadi belum terpikir kapan harus serius menuliskan apa yang ingin ku bagi dengan dunia.<br />
Suatu hari... yaa suatu hari nanti aku pasti hidup normal lagi, aku akan punya hasrat menulis seperti dulu lagi dan harus lebih menyala kelak. Aku akan hidup lebih baik dan lebih bahagia lagi nanti. Doakan saja aku agar berhasil melalui ini dan bisa mewujudkan mimpiku yang tertunda....Remember Anahttp://www.blogger.com/profile/13830989547092041200noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7650815290516364369.post-88228017692537556062011-12-01T13:27:00.000-08:002011-12-01T13:27:04.898-08:00Amazing Race Go To Samarinda ! Abangku beserta keluarga kecilnya tiba jam satu siang setelah nyasar hingga km 38 Samboja, abangku ini ternyata sempat juga lho bawa oleh-oleh berupa satu kantong kresek ukuran sedang yang berisikan kepiting hasil tangkapannya sendiri di tambaknya. Ouuhhh.... aassipaa'naaa (enaknyaaa) orang Makassar bilang he he he ... aku juga sudah lama tidak menyantap kepiting yang gemuk begini (hmm apa ada istilah gemuk buat kepiting yaa ? ) pokoknya dagingnya banyak laahh.... : ) Setelah makan siang aku beserta kakak ipar, ponakan dan mama mutar-mutar di daerah samboja km 38, mau cari bank terdekat karena aku harus membayar tiket pulang ku yang time limitnya hingga jam 4 sore kala itu. Wookeeehh... lets goo kids ! ponakanku senang sekali jalan denganku ditambah baru kali ini mereka bertemu dengan auntie nyentrik ala backpacker yang cantik he he he .... auntieeee gak segitunya kaleeee.... setelah atmnya ketemu aku sama rombongan kecil ini mampir dulu beli kelapa muda, itu buat mama katanya jika air kelapa muda ditanbah dengan air perasan jeruk nipis bisa membuat tekanan darah tinggi mama turun,hmmm baiklah mama... nikmati laah : D<br />
Abangku memang sengaja tidak ikut kebetulan dirumah mama adik iparku yang satu lagi (suami adik bungsuku ) datang berkunjung karena faktor kebetulan juga, kebetulan si adik iparku habis wawancara di perusahaan tambang tak jauh dari rumah mama sehingga ia mampir dan bertemu dengan abangku yang baru pertama kalinya juga mereka saling bertatap muka. Tak lama mutar-mutar di km 38 kami pulang, aku masih berpikir keras apa aku harus ikut dengan mereka ke Samarinda, secaraa aku masih capek berat boooo... bagaimana tidak perempuan petualang ini baru saja membuka petualangan barunya setelah sekian lama tidak bepergian jauh dan bobot badan yang naik khas emak-emak rumahan yang nyaman dengan rutinitas sehari-hari tanpa sering bepergian jauh, wal hasil aku kelelahan....<br />
" Kalo si Ria (panggilanku dalam keluarga,Ana trade mark ku di luar ) ini tidak mau ikut dengan kita sekarang angkat kopernya itu bawa ke Samarinda !" ancam si abang setengah serius dan bercanda.<br />
" Whuaa Baaang ! Jangaaan dooong ! Sumpah Bang,aku masih cape banget... " ujarku memelas.<br />
" Ayoo laah Ummi... (panggilanku dari semua ponakanku) ikut kami lah ke Samarinda, kapan lagi Ummi mau kesana coba ?" bujuk Alya putri sulung abangku dengan tatapan yang oohhh... membuatku luluh. Ok baik, aku memutuskan untuk ikut ke Samarinda, aku merasa ini seperti amazing race,baru saja semalam di rumah mama sudah dibawa ke rumah abang, tapi kalimat Alya masuk akal juga,kapan lagi coba ? he he he ....<br />
Aku cuma membawa tas seperlunya saja karena disana aku hanya dua malam saja, tapi tak lupa juga kubawa bboy item manis si leptop kesayanganku,maklum rumah mama dapat jatah listrik cuma dari jam enam magrib sampai jam enam pagi,jadi aku tidak bebas menghidupkannya di siang hari. Kakak iparku membawa pulang oleh-oleh nenas batu khas Samboja yang kami beli di tengah jalan menuju rumah mama, aku pikir harganya sangat muraaaahh ukuran besar sepuluh ribu dapat tiga buah, ukuran sedang dapat empat dan yang kecil dapat enam ! Segar,manis dan murah,andai ringan ku bawa terbang hingga ke Sul-Sel.... Mobil yang dirental abangku mulai bergerak dari rumah mama jam lima sore dan yiiiihhaaa.... perjalanan di mulai lagi. Sangat menyenangkan dan menegangkan,agar tak terlalu kemalaman pak sopir melaju kendaraan hingga menunjukkan angka 80-100 di speedometer mobil... beberapa kali perutku mengalami ... apa yaa namanya... rasanya seperti sedang naik wahana atau roller coaster yang membuat aliran darah serta jantungku sseeerrrrrr..... secaraaa.... jalanan ini hampir mirip dengan jalanan ke arah Toraja (hayooo... siapa yang pernah kesana ? ) hanya saja yang ku jalani ini naik-turun naik-turun dan berbelok, di Toraja jalanan lumayan datar tapi tikungannya yang sungguh mematikan yaa maksudnya bagi yang rentan dengan mabuk kendaraan darat. Huuuffthh... benar-benar amzazing race ! Aku sesekali melirik cemas pada ponakanku Bair adik laki-laki Alya yang kata mamanya sempat muntah saat menuju Samboja, aku pikir jika anak ini muntah lagi oohh... nooo... pertahananku pasti akan jebol juga,tapi alhamdulillah selama di perjalanan ia dan Alya tertidur lelap. Nyaris sepanjang perjalanan aku ngobrol dengan abangku dan kakak iparku yang manis,bertukar cerita tentang apa saja yang terjadi dalam hidup kami selama sekian tahun tidak bertemu,cukup lama lima tahunan lebih ada. Sampai akhirnya aku benar-benar lelah dan lelap di setengah jalan menuju rumah abangku.<br />
Langit sudah pekat saat kami masuk di tengah kota Samarinda, abangku memilih rumah makan dengan makanan khas lesehan, lagi-lagi aku tidak menemukan makanan khas Samarinda,seperti apa rupa lauk pauknya, kakak iparku cuma menyebut kata amplang saja yang bisa ku bawa pulang nanti. Aku rasa bukan perutku saja yang ngetwit lapar dari tadi kami semua makan dengan lahapnya, abangku dan pak sopir memilih ikan mas bakar sebagai lauknya dan ayam bakar yang kami pilih untuk segera dibantai he he he ... aku memang sangat laparrrr..... Makananku tinggal sedikit lagi ketika tiba-tiba saja Bair yang baru berusia empat tahun berlari keluar dari rumah makan dan hendak menyeberang jalan,aku segera memburunya karena khwatir dengan lalu lintas malam yang padat, ouhh.. ternyata dia menunjuk pada toko pakaian di seberang jalan yang menjual aneka baju kaos yang tenyata woow kuning,gambar mata bulat dan besar serta hidung panjang serta berbadan kotak,yuup ! Bair tenyata pecinta berat Sponge Bob..... waduuhh sabar yaa Sayang Ummi habiskan makanan dulu baru kita kesana... bujukku pelan.<br />
Daaaan... ternyata saudara-saudara .... abangku beserta keluarga kecilnya ini bukan menetap di kota Samarinda,tepatnya di Muarabadak Ulu yang pak sopir bilang sejam perjalanan lagi. Oke .... tak apa hanya melintas di Samarinda saja yang penting bisa tiba di rumah abangku dengan selamat. Maka perjalanan dilanjutkan kali ini aku kurang menikmatinya karena sudah malam,di balik jendela mobil aku hanya bisa menangkap keremangan perjalanan,aku memutuskan tidur saja di sisa waktu ini. Jam sembilan malam kami tiba juga di rumah abang,setelah bersih-bersih sejenak dan diberi baju ganti oleh kakak iparku hanya satu fokus utamaku saat itu, " Kak, mana bantal dan selimutku ? "<br />
Saat menulis ini aku juga sudah diserang kantuk jadi .... maaf pembaca lain kali aku sambung lagi dengan perjalanan pulang yang tak kalah serunya daa daaahh zzzz.....zzzz...zzz.....Remember Anahttp://www.blogger.com/profile/13830989547092041200noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-7650815290516364369.post-62703625236802965972011-11-22T21:12:00.000-08:002011-11-22T21:12:54.168-08:00Sehari Menjadi Ninja Hatori Aku menyeret koper miniku dengan hati riang walau tak dapat ku sangkal lelah ini sudah mendera hingga ke tulang belulangku, tapi setelah dipeluk mama....... hhhhh.... semua lelah lunas tak akan kucari lagi. Ransel yang menjadi tumpuan harapan leptopku pun masih setia bertengger di punggungku yang andai bisa teriak sudah minta tolong ingin diluruskan. Mama segera mencari taksi dan menyusur jalan daerah Sepinggan tak lupa pada sopir taksi mama meminta untuk diturunkan di rumah makan yang dekat dengan angkot menuju rumah mama, yaa okelah memang lambung serta usus-ususku sudah berontak tak karuan semenjak di pesawat tadi. Sekitar lima belas atau dua puluh menit pak sopir berhenti di depan sebuah rumah makan yang cukup luas, karena menurunkan koper aku kurang memperhatikan papan nama rumah makan itu. Setelah mobil taksi itu berlalu dan kami berdua akan memasukinya aku baru sadar nama rumah makan itu Rumah Makan Angin Mamiri lengkap dengan segala hidangan khas Sulawesi Selatan,sambil cengar cengir tidak jelas aku ikut saja di belakang mama, baru setelah kami duduk dan mama memesan makanan aku berbisik pada mama " Ma, jauh-jauh datang dari Sul Sel dapatnya coto Makassar juga ?" mama tertawa lebar dan terjawab pertanyaan dalam hatinya mengapa anak perempuannya yang satu ini dari tadi senyum-senyum aneh sendirian. Mama mewanti-wanti aku agar makan banyak karena perjalanan ke rumah mama masih jauh. Apaaaa... ? masih ada sejam lagi ? buseeet rumah baru mama di mana sih ? aku tak sempat memikirkannnya lagi karena dihadapanku sudah tersaji dengan indahnya paha ayam bakar dengan sambal terasi yang orang kampungku bilang Marasaaaaa..... ! (enaaaaak !) : )<br />
Sehabis makan dan mengatur persiapan energi aku sedikit bersantai menunggu mama yang sedang bernegosiasi harga dengan seorang sopir angkot yang tampaknya mau membawa kami di luar dari rute yang biasa ia lalui, kesepakatan harga lima puluh ribu rupiah dua orang hingga sampai di Samboja km 48, aku pikir-pikir waaah... mahal juga karena dari rumahku ke kampung nenek di selatan kota Palopo aku membayar dengan harga sepuluh ribu rupiah dengan jarak yang sama,tapi tak apalah yang penting bisa sampai dengan segera. Sepanjang perjalanan aku dan mama berbincang dari ujung timur hingga ujung barat,hmm maksudnya semua cerita kehidupan seruku bersama anak-anak dan seputar saudara-saudaraku yang lain. Okey.... sudah sejam labih dan kami pun tiba di km 48, mama dan aku turun di pertigaan jalan dan mama menunjuk jalan kecil yang akan kami lalui lagi, haaaah..... lagi mamaaa ? tak ada angkot masuk,tak ada ojek apalagi sepeda,oh.. ya sepanjang jalan aku juga memang mempertanyakan apa sepeda laku disini ? Jalanannya itu lhoo naik turun, lagi-lagi aku berpikir hanya orang nekat saja yang memakai sepeda di daerah seperti ini. Tapi tak usah khawatir ternyata penyambutanku memang sudah disiapkan secara matang oleh mama, mama meminta tolong tetangga agar menjemput kami di pertigaan luar ini. Ohh.... mama sungguh dikau beruntung memiliki tetangga yang baik hati ; )<br />
"Mendaki gunung turuni lembah sungai mengalir indah ke samudra bersama teman bertualang" Yeesss aku masih ingat lirik lagu ninja hatori ini yang mewakili perasaanku saat itu tapi bukan gunung yang aku daki cuma bukit itu pun dibonceng motor sama tetangga mama, naik turun...naik turun... sepanjang empat km... dan sepanjang mata memandang aku menangkap satu pemandangan yang membuatku mendadak segar, kebun buah nenas..... wuuiidiihhhh..... bikin ngiler ditengah terik matahari begini, beberapa kali aku melewati rumah penduduk yang menjual nenas di depan rumahnya benar-benar fresh from the garden nih... Disatu sisi lain aku menjatuhkan pandanganku pada kawasan tambang batu bara di sela-sela perbukitan yang kami lalui, saat itu masih jam kerja jadi aku masih bisa melihat para truk-truk pengangkut batu bara berseliweran. Ok... stop... kami sudah sampai, kehadiranku disambut beberapa tetangga yang ramah. Setelah beberapa saat beramah tamah tak sabar aku ingin menghempaskan badanku yang hampir remuk kelelahan menempuh perjalan lima belas jam menuju pelukan mama dan ketika mataku hampir rapat terlelap ponselku berdering, nama abangku yang nomer dua tertera disana, "halo bang..., iya dah sampai baru saja, iya bang dijemput mama, iya bang... Haaaaaahhh.... apa ?! Abang besok datang sama kakak dan anak-anak buat jemput aku ke Samarinda ? " aku tertegun sejenak dan berpikir What Amazing Race..........<br />
Tunggu ceritaku tentang Samarinda yaaaaa.....Remember Anahttp://www.blogger.com/profile/13830989547092041200noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7650815290516364369.post-28571378732395134292011-11-16T17:58:00.000-08:002011-11-16T17:58:15.129-08:00Menapaki Jalan Cinta Menuju Pelukan Mama Jam sepuluh malam saat mata ku sudah mulai sepet di pepet ngantuk bis yang ku tumpangi menuju Makassar mulai bergerak meninggalkan terminal Palopo. Masih teringat suara mama yang agak lemah dengan keluhan tekanan darahnya yang naik, aku merasa mama memang sudah mulai tua karena seingat ku saat mama muda dulu mama tipe perempuan pekerja keras dan jarang mengeluhkan kesehatannya hanya pegal badan saja yang ia gumamkan saat berisitirahat melepas penat seharian di mesin jahit tuanya. Mama kangen, itu inti dari percakapan ku dengan mama beberapa hari yang lalu dan atas rejeki yang telah diatur oleh Allah aku memutuskan menuju Kalimantan Timur sana menjenguk mama. Roda bis berputar dengan cepat membuat laju yang seakan membawaku terbang di tengah kepekatan malam, AC bis ku atur agar tak terlalu dingin, bis yang lumayan nyaman karena dilengkapi dengan selimut dan bantal kecil, yaa setimpal dengan kedalaman kocek yang ku rogoh lebih dalam lagi. Walau tak nyenyak-nyenyak amat paling gak aku masih bisa sempat tertidur lah hingga tak akan ku rasa kebosanan di sepanjang perjalanan yang gelap, diselingi dengan up date status atau sekedar menengok beranda rumah dunia mayaku.<br />
Bandara Sultan Hasanuddin jam lima pagi, turun dari bis malam itu aku bergegas mencari toilet untuk melepaskan semua rasa tidak enak yang mengganjal perutku dan ... oh maigat.... antri... ada belasan perempuan juga di dalamnya yang sedang menunggu salah satunya nyaris tak bisa menahan hajatnya hingga marah-marah menunggu giliran, yaa memang tiga dari lima bilik WC bandara sedang ngadat tak dapat digunakan, aku juga sampai ill fell menahan gelora kebelet buang air kecil yang sudah di ujung tanduk. Setelah berjuang menahan dan tunggu giliran akhirnya keluar juga aku dari kerumunan yang penuh keluh kesah itu, melirik lagi jam dinding bandara waktu baru beranjak setengah jam saja dari jam lima, langit subuh mulai meremang menyambut pagi, lapar pun menyergapku seketika. Tapi tenang aku sudah menyiapkan persiapan tempur ouw.. maksudku traveling, roti keju dikombine coklat ditemani kopi krim kotak siap mengawali sarapanku pagi ini sambil menunggu waktu chek in pukul tujuh teng ! Bandara pagi semakin ramai dengan para calon penumpang yang tengah siap terbang ke berbagai penjuru wilayah Indonesia. Setengah tujuh seseorang menyapaku ramah menanyakan tujuanku yang ternyata bakal satu pesawat denganku hanya saja mba yang benama Surti ini akan melanjutkan perjalanan ke Samarinda lagi sementara aku stop dulu di Balik Papan. Sambil menunggu jam tujuh pas kami berbincang bertukar pengalaman soal perjalanan karena kebetulan lagi kami sama-sama pernah di Papua tetapi mba Surti di Manokwari aku di Wamena .<br />
Ruang Boarding..... yang menurutku bisa membuat boring... aku sedang berusaha menghemat baterai hapeku karena tidak lucu saat di jemput di bandara Sepinggan nanti aku tidak bisa dihubungi karena hapeku mati dan mereka akan kesulitan mencariku. Kegiatan tengok menengok ke beranda rumah dumay ku hentikan sejenak dan baiklah... lebih baik kumatikan saja sekarang hape imutku yang kata si sulungku mulai amit-amit mamaaaa.... Aku masih berbagi cerita dengan mba Surti dan berbagi roti, mba ini juga orang yang punya banyak pengalaman merantau sejenak aku berpikir iya... kayaknya darah bugis itu memiliki gen merantau yang cukup besar dan mendominasi pada orang-orang tertentu. Contohnya mama dan kakak laki-laki ku yang sudah bertahun-tahun tak pulang kampung dan memilih mencari peruntungan di pulau bagian lain di Indonesia.<br />
Pesawat lepas landas.... dan akan kulanjutkan kisah menapaki jalan cinta ini dengan judul lain yang lebih menarik jangan lewatkan SEHARI MENJADI NINJA HATORI !Remember Anahttp://www.blogger.com/profile/13830989547092041200noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7650815290516364369.post-54577688861972171382011-11-02T12:43:00.000-07:002011-11-02T12:43:51.585-07:00Fira Dan Garansi Gigi Fira putri sulung saya sudah berumur tujuh tahun dan kelas 1 SD dia seperti anak-anak kecil kebanyakan gemar bermain, nonton film kartun, dan dia paling gemar menyanyi. Tapi satu hal yang ia takuti,ia takut jika ia berdarah, ketika ia sedang bermain dan tiba-tiba terluka ia menjadi sangat panik dan menangis jika melihat lukanya mengeluarkan darah, ia berbeda dengan adiknya yang justru sama sekali tidak takut dengan darah. Kini tibalah masanya bagi gigi-gigi susu Fira tanggal satu persatu. Kejadian tanggal gigi yang pertama terjadi beberapa bulan lalu yang diikuti dengan gigi-gigi lainnya hingga saat ini. Saat itu dua gigi seri atasnya memang sudah longgar tapi ia sama sekali tak mau jika gigi-gigi yang keropos itu dicabut. Telah bergantian kami membujuknya,mulai dari saya, bapaknya, mama saya,dan almarhum bapak saya, tapi tak ada yang bisa membujuk Fira agar mau buka mulut, ia akan segera berlari dan masuk kamar,mengunci diri berjam-jam jika kami mulai membahas giginya yang akan dicabut.Tentu saja alasan yang ia gunakan karena ia takut dengan darah. Hingga suatu hari ia sedang bermain dengan adiknya dan tak sengaja kepala Aisyah membentur giginya yang longgar hingga nyaris tercabut sendiri,gusinya berdarah,ia menangis keras dan memperlihatkan kepadaku giginya yang sudah bergeser dari tempatnya, tanpa diduga almarhum bapak saya memegangi Fira,membuka mulutnya dan segera mencabut gigi yang bahkan akarnya pun sudah terlihat. Yaa... Allah... diluar dugaan Fira menangis meraung,mengamuk,dan sangat marah pada kami,namun saya jadi tersenyum geli,ia berkata sambil menangis,<br />
" Kembalikan gigiku....! Dimana gigiku sekarang ! Ayo Mama pasang lagi, Fira tidak mau<br />
ompong,sekarang Fira tidak punya gigi... Nenek Papa (kakek) ! kembalikan gigi Firaaa !<br />
pasang kembali di tempatnya, ayoo cari gigiku !"<br />
Saat itu kami semua menahan tawa karena Fira minta giginya di"garansi" sambil menangis ia memandangi gigi seri keroposnya yang ia temukan di lantai. Saya berusaha menjelaskan apa yang akan terjadi pada giginya,<br />
" Ini gigi jeleknya Fira,tidak lama lagi gigi bagus Fira tumbuh di tempat yang baru dicabut,<br />
Fira tunggu saja."<br />
" Tapi sekarang Fira ompong, tidak punya gigi,nanti Fira ditertawai,Fira malu,"<br />
" Tidak usah malu,setiap anak mengalami ompong juga sampai gigi bagus itu tumbuh,dan masih ada<br />
gigi-gigi jelek Fira yang lain yang akan longgar dan harus dicabut,kalau tidak susunan gigi Fira<br />
nanti jelek lho"<br />
Fira masih sesegukan,lama ia menangisi gigi susunya itu,dan sepertinya saya masih kerepotan jika ada lagi gigi Fira yang tanggal,ia ketakutan jika giginya harus dicabut bahkan ketika kemarin pun saat di dokter gigi ia masih mengamuk dan tidak terima harus kehilangan gigi walau ia sudah tahu kelak gigi bagusnya tumbuh lagi. Yaaa... dan kali ini saya harus bisa membujuknya lebih ekstra agar gigi geraham depannya mau dicabut kali ini ia tidak minta garansi gigi tapi weekend di sebuah permandian di pinggir kota,hmmm.... baiklah Nak....Remember Anahttp://www.blogger.com/profile/13830989547092041200noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7650815290516364369.post-44522663734339530732011-10-31T14:00:00.000-07:002011-10-31T14:00:22.754-07:00Pentingnya Ilmu Bagi Perempuan Bukan bermaksud untuk mengungkap keburukan seseorang tapi dari kisah ini patut kita ambil hikmah atau pelajaran yang terkandung di dalamnya. Sebut saja seorang ibu bernama Y,beliau adalah seorang janda dengan beberapa anak yang sudah menikah dan ia tinggal bersama putri bungsunya yang masih duduk di bangku smp. Ibu Y yang tinggal sendiri dan hidup pas-pasan berusaha berjuang menghidupi putrinya ini dan menyekolahkannya baik-baik serta berharap kelak ia bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik atau hidup lebih baik dibanding satu kakak perempuannya dan tiga kakak laki-lakinya. Sebut saja putrinya ini bernama K. Namun sayang satu hal yang disadari oleh ibu Y ternyata K tidaklah sepandai kakak perempuannya R yang ia nikahkan ketika tamat smu padahal R memohon padanya agar ia bisa melanjutkan ke perguruan tinggi,namun keadaan ekonomi tidak memungkinkan ibu Y untuk mengabulkan keinginan anaknya R. K yang baru kelas 3 smp ini ternyata juga sudah terserang virus cinta monyet dan mulai berpacaran,ibu Y akhirnya resah melihat gelagat K yang senang bolos dan pergi berpacaran dengan lelaki M yang terpaut tujuh tahun lebih tua dari K. Ibu Y enggan membagi keresahannya dengan anak-anaknya yang lain karena kepergiannya ke pulau K memang tak disetujui keempat anaknya yang kala itu ibu Y beralasan untuk mencari peruntungan di kampung orang. Ibu Y takut anaknya melanggar batas dan terjerumus ke dalam pergaulan bebas dan hamil di luar nikah maka ditemuinyalah M dan menanyakan keseriusan M pada K,M yang bekerja di dealer motor ini tampaknya serius juga pada K yang memang memiliki paras lumayan,bodi tinggi dan berkulit putih mulus. Akhirnya ibu Y menikahkan K dengan M pada saat K belum tamat smp dengan standar usia perkawinan 16 tahun. Pernikahan dilangsungkan dengan sederhana tanpa dihadiri saudara-saudara K yang lain.<br />
K memang masih terbilang muda,ketika ayahnya masih ada dan mereka masih satu rumah dengan kakak-kakaknya K tergolong anak emas yang paling dimanja,kemauannya selalu dituruti dan jika K enggan untuk bersekolah bujukan apa pun tak akan mempan buat K. R sendiri kadang kewalahan merawat adik yang dibawah tujuh tahun ini darinya. Kemanjaan K dan sikap keras kepalanya terbawa hingga menikah ya maklum bukankan K memang menikah di usia yang sangat muda dan seharusnya ia masih menuntut ilmu. K yang terbiasa manja ternyata tak mampu melayani suaminya dengan baik, ia tak tahu memasak,dan melakukan pekerjaan rumah semaunya dia saja,selebihnya ibunya lah yang mengerjakan pekerjaan rumah itu. Entahlah dalam urusan ranjang tampaknya K juga masih malu-malu menceritakan hal itu pada siapapun yang jelasnya K hidup bahagia bersama M yang mau menerima keadaan dirinya yang tak tahu apa-apa.<br />
Tak lama K hamil dan melahirkan seorang putra,ia melahirkan di usia tujuh belas tahun,jika tak ada ibunya kemungkinan besar K tak tahu apa-apa dalam merawat dan mengasuh anak. Kadang juga ia berusaha menelpon kakak perempuannya R agar ia diajari merawat bayi. R sering sekali menyuruh K agar menambah wawasannya dengan membaca buku,majalah-majalah atau tabloid wanita serta ibu dan anak,namun K lebih suka menghabiskan gaji suaminya dengan membeli baju-baju serta kerudung. M juga tak berbuat banyak dalam menambah wawasan K ia yang sibuk kerja hanya bisa menuruti kemauan K untuk berbelanja,jalan-jalan dan kesenangan K yang lain.<br />
Dan kisah K ini berakhir tragis,menginjak tahun keempat M pergi meninggalkan K yang tengah hamil dua bulan. Ibu Y berusaha mencari tahu penyebabnya menurut penuturan M ia tak tahan dengan sikap K yang kekanak-kanakan,manja,tak berusaha dewasa dan bodoh. Bodoh menurut M karena jika K diajak ngobrol tidak bisa nyambung dengan apa yang diobrolkan suaminya, K justru marah-marah jika ditegur suaminya,pada intinya M bosan dengan perilaku K yang kian hari tak kunjung dewasa. K kini tak tahu harus berbuat apa,ia juga telah terlanjur sakit hati mengetahui suaminya telah berselingkuh dengan seorang janda yang dulu pernah pacaran dengan M. M yang sudah keluar pulau tak meninggalkan sepeser pun nafkah buat anak serta bayi yang tengah dikandung K,keluarga M juga tak terlalu mau mengatasi masalah ini dan menyalahkan sikap K yang tak dewasa dan tak berilmu. Sekarang ibu Y harus menangung biaya hidup K dan anak-anaknya ditambah dengan sedikit bantuan dari anak-anaknya yang lain. K juga tak tahu mau kerja apa karena ia sama sekali tak punya keahlian dan tak punya modal untuk berusaha.<br />
Menikah bukanlah hal mudah,menikah butuh persiapan ilmu,fisik dan mental. Kisah K diatas bisa menjadi cerminan bagi ibu-ibu yang lain agar bisa mendidik anak sebaik mungkin dan melepas mereka setelah benar-benar matang. Bukan bermaksud menggurui namun kita harus mengambil hikmah dari setiap kejadian,dan belajar agar bisa menjalani hidup dengan lebih baik lagi.<br />
Remember Anahttp://www.blogger.com/profile/13830989547092041200noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7650815290516364369.post-59536473912731503392011-10-30T13:06:00.000-07:002011-10-30T13:07:04.906-07:00Dunia BaruSetelah vakum beberapa lama tak menghentakkan jari di atas keyboard leptop yang ku beri nama Bboy ini aku justru hadir di dunia baru yang bernama blog menjadi blogger dan ber-blogging ria di jam-jam ngalong ini, yaa jam ngalong karena tempatku tak cukup bagus menangkap sinyal untuk disambungkan ke leptop di siang hari,kecuali aku bersedia mencari warnet yang tak jelas keberadaannya di sekitar tempat baruku. Aku memang suka menulis apa lagi ketika mendapat ide segar dan net mendukung aku langsung tulis dokumen facebook ku terus ada teman yang mengusulkan mengapa tidak di blog saja ? hmmm iya ide bagus tulis di blog apalagi teman-teman di salah satu grup di fb kebanyakan sudah punya blog yang keren-keren.<br />
Oh yaa.. perkenalkan namaku Mariana nama keluargaku Janis tapi di akte kelahiran,ijazah dan ktp cuma Mariana saja, di rumah aku dipanggil Ria tapi di luar sana hingga di dunia maya aku lebih memperkenalkan nicknameku sebagai Ana, yaa karena aku memang lebih suka dipanggil Ana ternyata. Status.... aku sudah menikah dan memiliki dua putri,tak ada pekerjaan formal tapi aku bisa menjahit dan kadang menjadi penghasilan sampingan itu pun kalau ada yang mau dijahitkan pakaian olehku,selebihnya aku bermimpi jadi penulis terkenal seperti JK Rowling atau Stephenie Meyer.... wooow ketinggian yah ? aku rasa tidak juga he he he ....<br />
Aku paling suka membaca buku,novel tema apa saja mulai dari yang ringan hingga yang berat (kalau ini sesuai dengan kapasitas otakku saja,kalau terlalu berat juga lebih baik aku tutup dan kembalikan ke yang punya),dan juga menonton film,film apa saja dari romance,thriller,action,humor atau yang dikombine-kombine gitu deh...dan pilihan terakhir film perang kalau sudah tak ada pilihan film lainnya. Nonton film perang buat aku susah bernapas terlalu tegang buatku (yang ini suamiku doyan mulai dari PD I,PD II,perang Vietnam dan tema-tema perang yang lain).<br />
Soal tulisan aku biasanya nulis curhatan hati... o...oouw... yaa aku orangnya melankolis dan sentimentil.... segala apa yang ku rasa kutuangkan dalam catatan hati,dan jika menghadapi masalah dan sulit untuk ku pecahkan disinilah jemariku menari melukiskan semua gundah gulana hingga grasak grusuk hatiku. Tapi yang lebih penting masuk di dunia baru ini adalah mencari kawan sejati dalam persahabatan (maaf tidak berlaku untuk lawan jenis),ilmu yang bermanfaat serta jika sangat memungkinkan mendapat amal dari berkawan dan berbagi ilmu itu sendiri.<br />
Soooo..... jika ada kawan yang ingin bergabung dalam duniaku yang penuh serba serbi ini dengan senang hati ku rentangkan kedua tangan ini lebar-lebar menyambut kalian,semoga persahabatan kita kelak penuh berkah..... ! New Days Has Come.... !Remember Anahttp://www.blogger.com/profile/13830989547092041200noreply@blogger.com2