Selasa, 22 November 2011

Sehari Menjadi Ninja Hatori

          Aku menyeret koper miniku dengan hati riang walau tak dapat ku sangkal lelah ini sudah mendera hingga ke tulang belulangku, tapi setelah dipeluk mama....... hhhhh.... semua lelah lunas tak akan kucari lagi. Ransel yang  menjadi tumpuan harapan leptopku pun masih setia bertengger di punggungku yang andai bisa teriak sudah minta tolong ingin diluruskan. Mama segera mencari taksi dan menyusur jalan daerah Sepinggan tak lupa pada sopir taksi mama meminta untuk diturunkan di rumah makan yang dekat dengan angkot menuju rumah mama, yaa okelah memang lambung serta usus-ususku sudah berontak tak karuan semenjak di pesawat tadi. Sekitar lima belas atau dua puluh menit pak sopir berhenti di depan sebuah rumah makan yang cukup luas, karena menurunkan koper aku kurang memperhatikan papan nama rumah makan itu. Setelah mobil taksi itu berlalu dan kami berdua akan memasukinya aku baru sadar nama rumah makan itu Rumah Makan Angin Mamiri lengkap dengan segala hidangan khas Sulawesi Selatan,sambil cengar cengir tidak jelas aku ikut saja di belakang mama, baru setelah kami duduk dan mama memesan makanan aku berbisik pada mama " Ma, jauh-jauh datang dari Sul Sel dapatnya coto Makassar juga ?" mama tertawa lebar dan terjawab pertanyaan dalam hatinya mengapa anak perempuannya yang satu ini dari tadi senyum-senyum aneh sendirian. Mama mewanti-wanti aku agar makan banyak karena perjalanan ke rumah mama masih jauh. Apaaaa... ? masih ada sejam lagi ? buseeet rumah baru mama di mana sih ? aku tak sempat memikirkannnya lagi karena dihadapanku sudah tersaji dengan indahnya paha ayam bakar dengan sambal terasi yang orang kampungku bilang Marasaaaaa..... ! (enaaaaak !) : )
          Sehabis makan dan mengatur persiapan energi aku sedikit bersantai menunggu mama yang sedang bernegosiasi harga dengan seorang sopir angkot yang tampaknya mau membawa kami di luar dari rute yang biasa ia lalui, kesepakatan harga lima puluh ribu rupiah dua orang hingga sampai di Samboja km 48, aku pikir-pikir waaah... mahal juga karena dari rumahku ke kampung nenek di selatan kota Palopo aku membayar dengan harga sepuluh ribu rupiah dengan jarak yang sama,tapi tak apalah yang penting bisa sampai dengan segera. Sepanjang perjalanan aku dan mama berbincang dari ujung timur hingga ujung barat,hmm maksudnya semua cerita kehidupan seruku bersama anak-anak dan seputar saudara-saudaraku yang lain. Okey.... sudah sejam labih dan kami pun tiba di km 48, mama dan aku turun di pertigaan jalan dan mama menunjuk jalan kecil yang akan kami lalui lagi, haaaah..... lagi mamaaa ? tak ada angkot masuk,tak ada ojek apalagi sepeda,oh.. ya sepanjang jalan aku juga memang mempertanyakan apa sepeda laku disini ? Jalanannya itu lhoo naik turun, lagi-lagi aku berpikir hanya orang nekat saja yang memakai sepeda di daerah seperti ini. Tapi tak usah khawatir ternyata penyambutanku memang sudah disiapkan secara matang oleh mama, mama meminta tolong tetangga agar menjemput kami di pertigaan luar ini. Ohh.... mama sungguh dikau beruntung memiliki tetangga yang baik hati ; )
          "Mendaki gunung turuni lembah sungai mengalir indah ke samudra bersama teman bertualang" Yeesss aku masih ingat lirik lagu ninja hatori ini yang mewakili perasaanku saat itu tapi bukan gunung yang aku daki cuma bukit itu pun dibonceng motor sama tetangga mama, naik turun...naik turun... sepanjang empat km... dan sepanjang mata memandang aku menangkap satu pemandangan yang membuatku mendadak segar, kebun buah nenas..... wuuiidiihhhh..... bikin ngiler ditengah terik matahari begini, beberapa kali aku melewati rumah penduduk yang menjual nenas di depan rumahnya benar-benar fresh from the garden nih... Disatu sisi lain aku menjatuhkan pandanganku pada kawasan tambang batu bara di sela-sela perbukitan yang kami lalui, saat itu masih jam kerja jadi aku masih bisa melihat para truk-truk pengangkut batu bara berseliweran. Ok... stop... kami sudah sampai, kehadiranku disambut beberapa tetangga yang ramah. Setelah beberapa saat beramah tamah tak sabar aku ingin menghempaskan badanku yang hampir remuk kelelahan menempuh perjalan lima belas jam menuju pelukan mama dan ketika mataku hampir rapat terlelap ponselku berdering, nama abangku yang nomer dua tertera disana, "halo bang..., iya dah sampai baru saja, iya bang dijemput mama, iya bang... Haaaaaahhh.... apa ?! Abang besok datang sama kakak dan anak-anak buat jemput aku ke Samarinda ? "  aku tertegun sejenak dan berpikir What Amazing Race..........
          Tunggu ceritaku tentang Samarinda yaaaaa.....

Rabu, 16 November 2011

Menapaki Jalan Cinta Menuju Pelukan Mama

          Jam sepuluh malam saat mata ku sudah mulai sepet di pepet ngantuk bis yang ku tumpangi menuju Makassar mulai bergerak meninggalkan terminal Palopo. Masih teringat suara mama yang agak lemah dengan keluhan tekanan darahnya yang naik, aku merasa mama memang sudah mulai tua karena seingat ku saat mama muda dulu mama tipe perempuan pekerja keras dan jarang mengeluhkan kesehatannya hanya pegal badan saja yang ia gumamkan saat berisitirahat melepas penat seharian di mesin jahit tuanya. Mama kangen, itu inti dari percakapan ku dengan mama beberapa hari yang lalu dan atas rejeki yang telah diatur oleh Allah aku memutuskan menuju Kalimantan Timur sana menjenguk mama. Roda bis berputar dengan cepat membuat laju yang seakan membawaku terbang di tengah kepekatan malam, AC bis ku atur agar tak terlalu dingin, bis yang lumayan nyaman karena dilengkapi dengan selimut dan bantal kecil, yaa setimpal dengan kedalaman kocek yang ku rogoh lebih dalam lagi. Walau tak nyenyak-nyenyak amat paling gak aku masih bisa sempat tertidur lah  hingga tak akan ku rasa kebosanan di sepanjang perjalanan yang gelap, diselingi dengan up date status atau sekedar menengok beranda rumah dunia mayaku.
          Bandara Sultan Hasanuddin jam lima pagi, turun dari bis malam itu aku bergegas mencari toilet untuk melepaskan semua rasa tidak enak yang mengganjal perutku dan ... oh maigat.... antri... ada belasan perempuan juga di dalamnya yang sedang menunggu salah satunya nyaris tak bisa menahan hajatnya hingga marah-marah menunggu giliran, yaa memang tiga dari lima bilik WC bandara sedang ngadat tak dapat digunakan, aku juga sampai ill fell menahan gelora kebelet buang air kecil yang sudah di ujung tanduk. Setelah berjuang menahan dan tunggu giliran akhirnya keluar juga aku dari kerumunan yang penuh keluh kesah itu, melirik lagi jam dinding bandara waktu baru beranjak setengah jam saja dari jam lima, langit subuh mulai meremang menyambut pagi, lapar pun menyergapku seketika. Tapi tenang aku sudah menyiapkan persiapan tempur ouw.. maksudku traveling, roti keju dikombine coklat ditemani kopi krim kotak siap mengawali sarapanku pagi ini sambil menunggu waktu chek in pukul tujuh teng ! Bandara pagi semakin ramai dengan para calon penumpang yang tengah siap terbang ke berbagai penjuru wilayah Indonesia. Setengah tujuh seseorang menyapaku ramah menanyakan tujuanku yang ternyata bakal satu pesawat denganku hanya saja mba yang benama Surti ini akan melanjutkan perjalanan ke Samarinda lagi sementara aku stop dulu di Balik Papan. Sambil menunggu jam tujuh pas kami berbincang bertukar pengalaman soal perjalanan karena kebetulan lagi kami sama-sama pernah di Papua tetapi mba Surti di Manokwari aku di Wamena .
          Ruang Boarding..... yang menurutku bisa membuat boring... aku sedang berusaha menghemat baterai hapeku karena tidak lucu saat di jemput di bandara Sepinggan nanti aku tidak bisa dihubungi karena hapeku mati dan mereka akan kesulitan mencariku. Kegiatan tengok menengok ke beranda rumah dumay ku hentikan sejenak dan baiklah... lebih baik kumatikan saja sekarang hape imutku yang kata si sulungku mulai amit-amit mamaaaa.... Aku masih berbagi cerita dengan mba Surti dan berbagi roti, mba ini juga orang yang punya banyak pengalaman merantau sejenak aku berpikir iya... kayaknya darah bugis itu memiliki gen merantau yang cukup besar dan mendominasi pada orang-orang tertentu. Contohnya mama dan kakak laki-laki ku yang sudah bertahun-tahun tak pulang kampung dan memilih mencari peruntungan di pulau bagian lain di Indonesia.
         Pesawat lepas landas.... dan akan kulanjutkan kisah menapaki jalan cinta ini dengan judul lain yang lebih  menarik jangan lewatkan SEHARI MENJADI NINJA HATORI !

Rabu, 02 November 2011

Fira Dan Garansi Gigi

          Fira putri sulung saya sudah berumur tujuh tahun dan kelas 1 SD dia seperti anak-anak kecil kebanyakan gemar bermain, nonton film kartun, dan dia paling gemar menyanyi. Tapi satu hal yang ia takuti,ia takut jika ia berdarah, ketika ia sedang bermain dan tiba-tiba terluka ia menjadi sangat panik dan menangis jika melihat lukanya mengeluarkan darah, ia berbeda dengan adiknya yang justru sama sekali tidak takut dengan darah. Kini tibalah masanya bagi gigi-gigi susu Fira tanggal satu persatu. Kejadian tanggal gigi yang pertama terjadi beberapa bulan lalu yang diikuti dengan gigi-gigi lainnya hingga saat ini. Saat itu dua gigi seri atasnya memang sudah longgar tapi ia sama sekali tak mau jika gigi-gigi yang keropos itu dicabut. Telah bergantian kami membujuknya,mulai dari saya, bapaknya, mama saya,dan almarhum bapak saya, tapi tak ada yang bisa membujuk Fira agar mau buka mulut, ia akan segera berlari dan masuk kamar,mengunci diri berjam-jam jika kami mulai membahas giginya yang akan dicabut.Tentu saja alasan yang ia gunakan karena ia takut dengan darah. Hingga suatu hari ia sedang bermain dengan adiknya dan tak sengaja kepala Aisyah membentur giginya yang longgar hingga nyaris tercabut sendiri,gusinya berdarah,ia menangis keras dan memperlihatkan kepadaku giginya yang sudah bergeser dari tempatnya, tanpa diduga almarhum bapak saya memegangi Fira,membuka mulutnya dan segera mencabut gigi yang bahkan akarnya pun sudah terlihat. Yaa... Allah... diluar dugaan Fira menangis meraung,mengamuk,dan sangat marah pada kami,namun saya jadi tersenyum geli,ia berkata sambil menangis,
             " Kembalikan gigiku....! Dimana gigiku sekarang ! Ayo Mama pasang lagi, Fira tidak mau
               ompong,sekarang Fira tidak punya gigi... Nenek Papa (kakek) ! kembalikan gigi Firaaa !
               pasang kembali di tempatnya, ayoo cari gigiku !"
Saat itu kami semua menahan tawa karena Fira minta giginya di"garansi" sambil menangis ia memandangi gigi seri keroposnya yang ia temukan di lantai. Saya berusaha menjelaskan apa yang akan terjadi pada giginya,
            " Ini gigi jeleknya Fira,tidak lama lagi gigi bagus Fira tumbuh di tempat yang baru dicabut,
              Fira tunggu saja."
            " Tapi sekarang Fira ompong, tidak punya gigi,nanti Fira ditertawai,Fira malu,"
            " Tidak usah malu,setiap anak mengalami ompong juga sampai gigi bagus itu tumbuh,dan masih ada
               gigi-gigi jelek Fira yang lain yang akan longgar dan harus dicabut,kalau tidak susunan gigi Fira
               nanti jelek lho"
Fira masih sesegukan,lama ia menangisi gigi susunya itu,dan sepertinya saya masih kerepotan jika ada lagi gigi Fira yang tanggal,ia ketakutan jika giginya harus dicabut bahkan ketika kemarin pun saat di dokter gigi ia masih mengamuk dan tidak terima harus kehilangan gigi walau ia sudah tahu kelak gigi bagusnya tumbuh lagi. Yaaa... dan kali ini saya harus bisa membujuknya lebih ekstra agar gigi geraham depannya mau dicabut kali ini ia tidak minta garansi gigi tapi weekend di sebuah permandian di pinggir kota,hmmm.... baiklah Nak....