Facebook Telah Membawanya Kepadaku
“Cici jangan pergi lama-lama yaa !”
dengan cadel dan suara hendak menangis Yus memegangi ujung bajuku, tatapan
matanya seperti memohon satu janji yang pasti. Aku mencium pipi putihnya dan
berjanji pada adik kecilku, namun dengan sarat keraguan kuucapkan paksa kalimat
ini “Iya… Cici janji, Cici gak akan
lama-lama perginya dan akan kembali lagi, Cici dan Abang akan main bersama-sama
lagi.” Aku akhirnya berangkat dengan mama, aku menengok ke belakang berharap
masih melihat sosok kecil berambut tipis, berkulit putih, bermata sipit dan
selalu memanggilku Cici, panggilan adik ke kakak perempuannya. Taksi sudah
sangat menjauh dari kediaman kami yang terbuat dari dari kayu di kampung dalam di
daerah Batam sana. Saat itu usiaku baru tujuh tahun, dan Yus adik laki-laki
kesayanganku baru berumur empat tahun, tak pernah kusangka aku akan berpisah
dari sosok mungil teman bermainku dan janji yang penuh keraguan itu tak pernah
terwujud.
Saat itu ingin sekali kembali turun dari
taksi yang membawa kami ke pelabuhan. Aku ingin kembali ke rumah kayu itu dan
tak akan pergi dari adik kecilku, tinggal bersama dia dan papa, tak usah ikut
mama, jika aku pergi siapa yang akan menemani Yus bermain, makan, dan berdoa
? Ada yang perih rasanya di perutku saat
itu, mataku pun basah namun ku tahan agar tangisku tidak pecah. Ku tahan
segenap sedih yang menyesakkan dadaku, aku tak mau mendengar mama bertanya
mengapa aku menangis sementara mama sebenarnya sudah tahu jawabnya. Ketika itu
aku hanya berharap waktu lekas berlalu, membawaku menjadi dewasa agar aku bisa
kembali lagi ke tanah ini di mana tanah bermain ku yang terakhir bersama Yus.
Lekas dewasa agar aku bisa pahami keputusan mama yang membagi siapa ikut siapa
dan siapa membawa siapa. Yaahh… perpisahan orang tua memang kerap menjadikan
anak-anak sebagai korban. Terpisah satu dengan yang lainnya, tak utuh dan
membawa perih dan trauma luar biasa. Seperti yang ku rasa hingga dampaknya
masih membekas dihitungan umur ku yang dua tahun lagi genap berkepala tiga.
Hingga aku menanamkan tekad di hatiku, apa pun yang terjadi pada rumah tanggaku
(mudah-mudahan tidak) anak-anakku tidak boleh hidup terpisah mereka harus tetap
bersama.
Beberapa bulan aku masih sering
menerima surat-surat papa yang kebanyakan berasal dari Singapura. Papa saat itu
memang seorang pelaut dan sering menitipkan adikku pada keluarga teman-temannya
atau tetangga. Hingga Yus hendak masuk sekolah dasar barulah Yus dititip di Bitung,
keluarga papa. Namun aku masih belum bisa berkomunikasi langsung dengan Yus
hanya lewat surat-surat papa aku tahu kondisi Yus. Ditahun ketiga menjelang
kelulusan smp komunikasi dengan papa akhirnya terputus sama sekali. Aku bingung
tak tahu harus menghubungi papa dan Yus kemana. Surat-surat yang terkirim tak
pernah mendapat balasan dan akhirnya aku hanya bisa mencari mereka lewat doa.
Aku pun menikah selepas smu dan hobiku
menulis masih berlanjut. Mengenal internet baru di sekitaran tahun 2007-2008.
Kesibukanku sebagai irt dan mengurus anak membuatku tak banyak waktu mengenal
internet lebih jauh lagi. Ketika facebook mulai booming aku sama sekali belum
tertarik hingga di titik kerinduanku pada adik dan papa menyeruak lagi dan
memiliki ide mengapa tak mencari jejak mereka di dunia maya. Namun lagi-lagi
keaktifanku dalam dunia maya masih belum sepenuhnya, aku harus ikut ke seberang
pulau ikut suami dan niat mencari adikku di dunia maya terurung jua.
Tahun 2010 di bulan desember menjelang
tahun baru aku mulai mengaktifkan kembali akun facebook yang sebenarnya sudah
ku buat di tahun sebelumnya. Satu persatu kawan lama dan kawan baru masuk dalam
kehidupanku. Sesekali aku menulis status tentang pencarian papa dan adikku itu.
Hanya sedikit yang merespon, aku akhirnya menemukan tempat yang sangat
mengasyikkan yaitu berkumpul di grup-grup yang berisi orang-orang yang punya
hobi,minat dan impian yang sama yaitu menulis dan menjadi penulis. Sampai suatu
hari ada teman yang mengatakan bahwa temannya pernah mendengar nama adikku itu,
dengan secepat kilat ku ketik nama adikku itu di pencarian dan…. Ia kutemukan !…
Adik kecilku kini menjelma menjadi seorang pemuda yang gagah,berkaca mata dan
cerdas pula. Aku segera mengirimkan permintaan pertemanan, mengirimkan pesan
bahwa aku sangat ingin berteman dengannya. Yaa… aku sengaja memang tidak
mengungkap siapa aku sebenarnya. Ia hanya tahu jika ada seorang ibu muda,
status menikah, dan beranak dua ingin menjadi temannya. Tak lupa aku meminta
nomer ponselnya dan menunggu respon dirinya.
Permintaan pertemananku diterima,
pesan di kotak masuknya dibalas pula, ia pun mengirimkan nomer ponselnya meski
harus menunggu. Sore itu juga aku menelponnya dengan debar jantung tak karuan,
bunyi tuuut…tuuutt… itu terdengar berkali-kali hingga akhirnya suaranya dari
seberang menyapaku dengan ramah. Segenap perasaan ku tekan sebisa mungkin agar
terdengar normal. Aku tak membuka identitasku yang sebenarnya takut ia
menolakku karena janjiku yang tak bisa kupenuhi “ Jangan pergi
lama-lama,Ci” Sebisa mungkin ku mengorek
keterangan keluarga menurutnya dan benar ia mengakui bahwa ia punya mama dan
kakak perempuan di suatu kota di daerah Sulawesi Selatan. Aku lega… akhirnya ia
kutemukan di dunia maya bernama facebook yang membawa ia kembali padaku. Doaku
bertahun-tahun terkabul sudah…
Malamnya aku kembali mengirimkannya
pesan pendek, bertanya-tanya seputar pekerjaan dan kuliahnya. Akhirnya aku
pelan-pelan memberi petunjuk siapa aku sebenarnya, siapa sesungguhnya teman
facebook barunya ini. Ia pun tanggap dengan pesan-pesan pendek yang menyiratkan
banyak pertanda. Ia meminta aku menelponnya jika benar aku cici-nya seperti
dugaan awal ketika ia melihat foto profilku di facebook. Dengan tangan gemetar
aku menekan tombol panggilan, tanpa perlu menunggu aku langsung mendengar suara
tangisnya yang pecah di ujung sana. Rasa tak percaya, rindu yang menggunung,
suka cita, dan kesedihan yang tertahan dua puluh tahun meledak di pertengahan
malam di awal bulan maret 2010. Menit-menit pertama yang terlewat hanya diisi
dengan suara tangis kami berdua, barulah beberapa saat kemudian kami saling
bertukar cerita apa yang terjadi pada kami dua puluh tahun selama kami
berpisah. Rasa syukur tak terkira ku
panjatkan kepada Allah SWT semata, jalan panjang yang ditempuh dalam pencarian
berakhir di sebuah akun facebook. Bukan hanya keluarga yang hilang telah
kutemukan tapi juga berjuta impian telah ku dapatkan disini. Kawan-kawan yang
menakjubkan dan tak akan terlupakan. Ini adalah kisahku tentang facebook, suatu
keajaiban dunia maya menurutku, dan ku yakin bukan hanya aku saja yang
mengalaminya karena di tempat lain kawan-kawanku menemukan belahan jiwa mereka
dan membina rumah tangga yang berawal dari sebuah akun di facebook. Betul…
Betul…Betul… ? : )
mengharukan... jdi nangis... salam kenal ya mb Ana :)
BalasHapussalam kenal juga mba,terima kasih sudah mampir : )
HapusBerawal dari tulisan blog, aku menemukan pejuang cintaku :D
BalasHapusSalam kangen mbak Anna
sooooooo sweeeeeeeeeet love warrior ? ohh.... its sound so nice lovely chubby,trims dah mampir yaaa : D
HapusSungguh mengharukan...tak terasa air mata saya jadi ikut menetes... salam kenal dari saya Mariana...
BalasHapussalam kenal juga mba,terima kasih sudah mampir : )
Hapus