Aku ingin
berdamai dengan diriku sendiri, dirinya dan dia. Aku lelah mencengkram duka
yang kupikir tak berujung. Namun sesungguhnya aku lah yang tahu dimana duka ini
akan selesai. Hanya aku yang bisa mengakhiri duka, luka dan dendam yang ku
sulut terbiar tanpa padam. Hanya aku yang bisa menyelesaikan satu episode
cerita hidupku ini, bukan laki-laki dan perempuan itu. Ku benamkan diriku tanpa
ampun dalam dendam yang melelahkan, ku biarkan dunia gelap tak tersibak, ku
tutup mataku sendiri dari cahaya yang melimpah ruah di semesta yang luas ini.
Aku terlalu sibuk mengorek luka ku sendiri dan mengutukinya tanpa henti. Lalu
bagaimana wujudku yang sekarang ? Mengerikan… Sungguh mengerikan. Lantas sampai
kapan ini kan berlanjut sementara waktu tak akan terus menunggu ?
Aku ingin
berdamai dengan diriku sendiri, dirinya dan dia. Menutup cerita lama dan membuka
episode baru tanpa ada ion-ion negatif yang melingkupiku, hanya hawa positif
yang akan membuatku sehat dalam menjalani hidup. Apa sebenarnya yang aku tak
punya di dalam hidupku ini ? Dua permata hidup yang mempunyai bakat kemilau
luar biasa ! Kemurahan Allah SWT yang tiada pernah berhenti menaungi diriku.
Aku masih punya udara, air, tanah, api yang ku dapatkan dengan mudahnya,
untukku melanjutkan hidupku. Kawan-kawan yang baik, tulus ikhlas mengingatkan,
menasehati, membantu, mendoakan dan setia menemaniku dalam tangis dan tawaku.
Apalagi yang tak ku punya dalam hidup ini ? Cinta ? sahabatku mengatakan cinta
Allah lebih besar dari cinta insan dan aku sedang menanam keyakinan itu sebaik
mungkin dan menjadikannya pijakan disaat aku berduka dan merasa sepi. Yang tak
ku punya saat ini adalah kelapangan hati dan rasa syukur yang tenggelam oleh
egoisme rasa duka mansiawi tanpa kendali.
Aku ingin berdamai
dengan diriku dan hidupku dengan ada, atau tidak ada dirinya dan dia. Aku akan
memulainya dari awal, dengan niat yang baru bahwa sesungguhnya hidup dan matiku
hanya untuk pemilik kehidupan dan kematianku Allah SWT. Ku harap Allah
memberiku tenggat waktu lagi untuk mendekatiNYa, mengibaNya, menangisiNya,
bersyukur atas namaNya, dan segala dosaku diampuniNya serta menjadi salah satu
kekasihNya. Jika aku tak beruntung di dunia aku harus yakin Allah sedang
membuat peruntunganku yang lain. Dan jika memang dengan cara ini Allah ingin
aku dekat padaNya, dengan derai air mata serta rintihan kesakitan yang terucap
dari bibirku, baiklah aku pasrah dengan caraNya.
Aku ingin
berdamai dengan diriku dan hidupku. Menggapai damai, tak ada lagi rasa dendam
yang membakar, tak ada tangis yang meraung, tak ada lagi mimpi buruk di setiap
tidurku, tak adalagi flash memory yang meracuni otakku. Mendekap dua permataku
dengan penuh cinta tak terkontaminasi dengan perasaan emosional pribadiku.
Menerima kenyataan dan menjalaninya sepenuh hati. Rasa damai, tenang, tentram,
sejuk, lembut, aku ingin itu. Aku tersenyum sejenak, dan berpikir pasti tak
semudah itu meraihnya, tak semudah menuliskannya seperti sekarang ini.
Tantangan, hambatan, dan godaannya setimpal, sebanding dengan apa yang ingin ku
raih. Lantas apa aku akan menyerah lagi ? Menyerah sekarang ? Aku tidak mau ! Aku tidak boleh !
Aku datang
mengetuk pintu Mu yaa Allah… hanya Engkau yang memiliki rasa kasih yang luar
biasa jangan tinggalkan aku, pegangi aku jangan sampai terlepas lagi karena aku
pun berpegang padaMu. Tak ada yang tahu rahasiaMu untuk pengampunan dosa, aku
hanya berharap Kau kan mengampuni salahku. Aku pernah tersesat, tak tahu jalan
pulang, bak sinar mercusuar di tengah lautan dengan terengah-engah aku datang
mengikuti cahaya itu dan berharap bisa pulang dengan selamat. Aku tak bisa
berkata lagi dan pastinya Kau tahu apa isi hati dan mana yang terbaik buatku. Aku pulang yaa Allah…
aku pulang… terima diriku ini…
thumb up for my dear friend ana ...
BalasHapusbarakallah, sweety :)
Tetaplah berharap positif pada-NYA.
BalasHapusBanyak hawa positif di sekelilingmu, Ana.
Selalu bangkit yaa
"Thank you for nice information
BalasHapusPlease visit our website unimuda and uhamka"